Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Parpol Enggak Kompak, Macet Nih?

24 Agustus 2018   14:31 Diperbarui: 24 Agustus 2018   14:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya kader yang tidak sejalan dengan keputusan parpol tempatnya bernaung, berisiko menciptakan mesin politik parpol yang macet di akar rumput.

"Pilihan, bukan kesempatan, yang menentukan nasib seseorang." ~ Aristoteles

Dampak munculnya nama Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden, sepertinya tidak saja berimbas pada elektoral Jokowi tapi juga loyalitas partai politik koalisinya. Belakangan terbukti kalau koalisi parpol yang duduk di pemerintahan ini, sebenarnya tidak sesolid yang digembar-gemborkan sebelumnya.

Fakta ini khususnya diungkap oleh Fadel Muhammad, salah satu anggota dewan penasehat Partai Golkar. Beberapa hari lalu, secara mengejutkan Fadel mengungkapkan kekecewaannya pada media mengenai tidak terpilihnya ketua umum Golkar, Airlangga Hartarto. Padahal, upaya sosialisasi Golkar telah begitu gencar menyosialisasikan Jokowi.

Rasa kecewa ini, menurutnya, juga dirasakan oleh kader Golkar lainnya sehingga menciptakan situasi rawan perpecahan. Tak ayal, pernyataan Fadel ini pun menimbulkan polemik di kubu Jokowi, termasuk dari Golkar sendiri. Bahkan Fadel pun sempat diterpa isu kemungkinan pemecatan dari partai yang membesarkannya tersebut.

Walau Fadel meralat kalau Golkartidak terancam perpecahan, namun bukan rahasia lagi kalau di internal Partai Beringin memang terdapat faksi-faksi yang saling tarik menarik berdasarkan kepentingannya masing-masing. Akibatnya, bisa jadi di Pilpres tahun depan partai ini tidak akan menggunakan mesin politiknya secara optimal bagi Jokowi.

pinterpolitik.com
pinterpolitik.com

Kekesalan karena kadernya tidak terpilih sebagai cawapres juga sempat diungkap oleh Partai Demokrat, ketika secara tiba-tiba nama Sandiaga Uno terpilih mendampingi Prabowo Subianto. Kekecewaan ini sempat diungkap oleh Wakil Sekertaris Jenderal Demokrat Andi Arief yang juga sempat menimbulkan kontroversi.

Sebagai kader partai, baik Fadel maupun Andi, pada akhirnya mau tidak mau harus menerima keputusan koalisi. Namun dua tokoh ini, bisa jadi akan mengalihkan pilihan pribadinya pada pasangan lawan. Kondisi ini, berdasarkan survei Media Survei Nasional (Median), juga terlihat dari kecenderungan konstituen beberapa parpol lainnya.

Bila Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan kalau konstituen PPP dan Hanura cenderung memilih Prabowo-Sandiaga, maka di kubu oposisi pun ada kecenderungan kader Demokrat dan PAN lebih memilih mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Setidaknya, kondisi ini diakui sendiri oleh Soekarwo dan Soetrisno Bachir.

Adanya perbedaan pilihan antara kader dengan elit parpol ini, tentu bukan hal yang sepele. Bagaimanapun, ketidaksesuaian aspirasi ini akan berdampak pada mobilisasi mesin politik partai. Padahal mesin politik partai, terutama yang bersifat informal di akar rumput, merupakan salah satu kunci kemenangan capres yang diusung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun