Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Parpol Enggak Kompak, Macet Nih?

24 Agustus 2018   14:31 Diperbarui: 24 Agustus 2018   14:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan dukungan sembilan parpol atau lebih dari 60 persen kursi parlemen, di atas kertas, Jokowi memang terlihat berada di atas angin. Namun begitu, hasil survei LSI Denny JA memperlihatkan, kalau keputusan Jokowi untuk bergandengan dengan Ma'ruf Amin membuat elektabilitasnya turun satu persen dari sebelumnya.

Walau masih berada di atas pasangan Prabowo dan Sandiaga, namun fakta ini membuktikan apa yang dikatakan oleh Downs, yaitu koalisi gendut tidak menjadi ukuran untuk mendapatkan kemenangan. Apalagi bila mesin politik yang dimiliki oleh parpol koalisinya tidak bekerja se-efektif dan seproduktif yang diharapkan.

Macetnya mesin politik di akar rumput, pernah terjadi di Pilkada DKI Jakarta lalu. Saat itu, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga. Selain tekanan dari massa Islam, tidak kompaknya dukungan parpol dengan keinginan kader PDIP dan PPP juga, sebenarnya juga merupakan salah satu penyebabnya.

Walau mesin politik di tingkat formal yaitu di struktur partai berjalan dengan baik, namun tanpa dukungan mesin politik informal yang terdiri dari jaringan partai di daerah dan kelompok atau organisasi massa pendukungnya, hanya akan membuat sosialisasi dan kampanye di wilayah-wilayah tidak lancar alias macet.

Fadel Muhammad berkt Golkar kemngkinan pecah.  Sy tegaskan Golkar sdh pecah dibawah. Sy tahu dari pr Ketua, wakil ketua dan anggota DPRD kota, kab. dan prov.yg ikut Bimtek yg dilaksanakan univ. yg sy pimpin. Mrk curhat kebijakan Ketum Golkar. Mrk mbalelo tdk mau psg foto JKW
--- Musni Umar (@musniumar) August 22, 2018

Terkait pernyataan Fadel sebelumnya, bisa jadi dukungannya pada Sandiaga juga akan melumpuhkan mesin partai Golkar di Gorontalo pada khususnya, dan Sulawesi Utara pada umumnya. Apalagi Jusuf Kalla sendiri tidak memberikan dukungan yang tegas, sehingga bisa saja di Pilpres nanti, Jokowi akan kehilangan suara di Sulut.

Kondisi yang sama juga terjadi di kubu Prabowo, sebab Khofifah sebagai gubernur terpilih Jatim juga telah menyatakan dukungannya pada Jokowi-Ma'ruf. Padahal, di Pilgub lalu partai pertama yang memberikan dukungan padanya adalah Partai Demokrat. Seperti juga Soekarwo, Khofifah pun terikat pada faktor psikologisnya di NU.

Lepasnya keterikatan loyalitas kader dari partai ini, merupakan bentuk paska klientelisme. Menurut definisi Jonathan Hopkins, klientelisme merupakan suatu bentuk hubungan loyalisme patronisme atau keterikatan antara atasan dengan bawahan. Ikatan loyalitas ini, umumnya karena ada faktor timbal balik yang saling menguntungkan di antara keduanya.

Dalam hal ini, paska klientelisme dapat diartikan sebagai hilangnya loyalitas antara kader dengan para elit parpolnya akibat kader tak lagi merasa diuntungkan atau diakomodir aspirasinya oleh para pembuat keputusan, seperti misalnya Fadel yang enggan memilih Jokowi karena merasa kerja keras Golkar tak "menghasilkan apa-apa".

Macetnya mesin parpol di akar rumput dan hilangnya loyalitas kader ini, sudah pasti akan sangat merugikan para capres yang akan bertarung tahun depan. Sekarang pertanyaannya, bisakah kedua pasangan yang akan berlaga tahun depan ini mampu meningkatkan citranya tanpa bantuan mesin politik akar rumput yang optimal?

Tulisan ini pertama kali diterbitkan di Pinterpolitik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun