a post shared by pinterpolitik.com (@pinterpolitik) on aug 5, 2018 at 8:21pm pdt
Dalam pertemuan para kiai Sabtu lalu, disepakati bahwa nama Cak Imin masuk dalam rekomendasi para kiai tersebut sebagai cawapres Jokowi. Hal ini memperkuat dukungan mengingat pada Maret lalu, Cak Imin juga didaulat menjadi cawapres oleh para kiai se-Jatim yang tergabung dalam 'Silaturrohim Ulama Nusantara'. Cak Imin memang cukup intensif dalam mengkampanyekan dirinya sebagai cawapres Jokowi melalu relawan JOIN alias Jokowi-Imin.
Jika dilihat, posisi PKB saat ini sebenarnya cukup nyaman berada dalam gerbong koalisi Jokowi dengan 3 menteri dalam kabinet. Meskipun begitu, belum ada tanda-tanda bahwa Jokowi akan memilih Cak Imin sebagai wakilnya.
Di lain pihak, PKS dan PAN juga merasa sudah tidak nyaman berada dalam gerbong Gerindra. Masuknya Partai Demokrat membuat posisi PKS menjadi dilematis, apalagi kadernya berpotensi tidak dijadikan sebagai cawapres Prabowo.
Pun begitu dengan PAN. Masuknya Demokrat menggusur partai matahari putih itu sebagai penyumbang jumlah kursi terbesar. Sebelumnya, PAN memang memiliki jumlah suara parlemen lebih banyak dari PKSdan memiliki harapan lebih besar untuk mendapatkan kursi cawapres Prabowo.
Desas-desusnya Prabowo kemungkinan akan menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Demokrat sebagai pendampingnya. John McBeth dalam tulisannya di Asia Times menyebut Demokrat memberi jaminan logistik Pilpresuntuk Prabowo jika memilih AHY sebagai cawapres.
Artinya, jika PAN, PKB dan PKS akhirnya hengkang dari koalisi masing-masing, maka benarlah apa yang dikatakan politisi Inggris dari abad ke-19, Henry John Templebahwa dalam politik, tidak ada musuh abadi, dan tidak ada kawan abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Politik adalah sebuah panggung teatrikal yang memungkinkan para aktornya berganti kostum sedemikian rupa.
Dalam teori realpolitik, dijelaskan bahwa keputusan-keputusan politik diambil berdasarkan realita keadaan dan kebutuhan yang terjadi, bukan didasarkan pada ideologi semata. Teori ini  dicetuskan pertama kali oleh Ludwig von Rochau dalam bukunya yang berjudul Grundstze der Realpolitik (1853).
Tidak ada idealisme abadi dalam politik. Kepentinganlah yang abadi.Tokoh-tokoh yang semula berseberangan, tiba-tiba bisa menjadi kawan karena kepentingan yang sama.Konsepsi ini bisa menjelaskan fenomena yang sedang menimpa PAN, PKB dan PKS tersebut.
Bisa saja PAN, PKS dan PKB keluar dari pakem yang selama ini mereka anut. Bagi PAN hal ini sudah sering mereka alami, sementara PKS sebagai partai yang cenderung loyal hal ini tentu mencengangkan. Kalau PKB, semuanya tergantung pada kepentingan politik Cak Imin.