Lebih jauh, Stray bahkan menyimpulkan bahwa popularitas seseorang lebih banyak bertumpu pada seberapa banyak peliputan media terhadap sang kandidat, bukan seberapa positif nada berita yang dihasilkan terhadap kandidat tersebut. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa semakin sering seseorang disebut di media, negatif atau positif, maka ia akan semakin populer.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Anies bisa saja mendapatkan keuntungan serupa dengan Trump di AS. Namanya yang terus-menerus jadi buah bibir media massa dan media sosial dapat memberi keuntungan bagi popularitasnya. Boleh jadi, akibat sorotan masif ini, membuat ia jadi top of mind masyarakat saat ditanya tentang capres pilihannya.
Oleh karena itu, boleh jadi Anies akan tetap berlalu dengan kebijakan-kebijakannya, tak peduli dengan respons negatif masyarakat. Semakin sering ia digunjingkan di media, maka semakin mudah pula namanya menempel di pikiran masyarakat. Dengan begitu, peluangnya menjadi capres akan tetap terjaga.
Menarik untuk ditunggu apakah langkah ini akan berbuah berkah atau petaka bagi Anies. Yang pasti, sebagai seorang yang jadi buah bibir, tampaknya nama Anies belum akan hilang dari lini masa.
Tulisan ini pertama kali dipost di Pinterpolitik.com
Sumber:Â Anies Nyapres Dijegal Netizen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H