Belum usai hujan kritik soal desain baru trotoar itu, nama Anies kembali menggemparkan jagat internet. Video sambutannya saat meresmikan Lapangan Banteng dipotong, sehingga menimbulkan kesan bahwa ia mengklaim pembangunan lapangan tersebut. Lagi-lagi, Anies jadi bulan-bulanan warganet.
Belakangan, kebijakan Anies tentang pembongkaran jembatan penyeberangan orang (JPO) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia juga disorot masyarakat. Padahal, menurut warganet, jembatan tersebut berfungsi dengan baik dan membantu mobilisasi mereka di kawasan tersebut.
Di luar itu, masih ada pula perseteruan sang gubernur dengan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Anies beberapa waktu lalu baru saja mencopot sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov DKI. Langkah tersebut direspons negatif oleh media dan masyarakat.
Meningkatnya frekuensi pemberitaan negatif terhadap Anies bisa saja merugikan. Hal ini terutama karena belakangan nama Anies tengah diperbincangkan untuk menjadi capres dari kubu oposisi. Wacana pasangan Anies-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) misalnya belakangan santer diberitakan akan menjadi penantang petahana Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bukan tidak mungkin, sorotan negatif yang menghujaninya membuat ia tak lagi populer sebagai capres. Padahal, pendaftaran capres dan cawapres sudah tinggal hitungan hari. Anies seperti dibuat tak berdaya di hadapan jempol-jempol sakti para netizen.
Korban Kampanye Negatif
Terlihat bahwa ada semacam dekonstruksi terhadap figur Anies sebagai salah satu sosok potensial sebagai capres. Namanya yang  menjadi buah bibir terus-menerus diserang akibat kebijakannya yang dianggap kontroversial. Sekilas, ia dibuat terlihat tidak layak akibat berbagai kebijakan yang menuai kritik.
Jika diperhatikan, Anies seperti menjadi korban dari negative campaigning atau kampanye negatif akibat kebijakan-kebijakannya tersebut. Bola-bola kritik yang terus menggelinding ke arahnya menjadi perusak reputasinya yang tengah dibicarakan menjadi capres kelompok oposisi.
Secara konsep, kampanye negatif diartikan sebagai pergunjingan tentang lawan politik dan mengkritik program-program, pencapaian, dan kualifikasi mereka. Definisi ini diungkapkan oleh Richard Lau dan Gerald Pomper. Secara umum, kampanye negatif kerap dianggap sebagai sebuah serangan kepada lawan politik.
Sejatinya, lawan sangat takut jika Anies Baswedan jadi Capres! #Catat
--- Mustofa Nahrawardaya Cadangan (@AkunTofa) July 28, 2018
Sebenarnya, kampanye negatif merupakan hal yang dianggap wajar dan informatif. Masyarakat diberikan fakta-fakta yang disertai kritik terhadap pejabat yang dimaksud. Dalam kadar tertentu, kampanye semacam ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang jahat dan tidak bermoral.