Bangkitnya Era Meritokrasi?
"Orang bijak harus memimpin bukan dipimpin, ia juga tidak patuh pada orang lain tapi orang yang kurang bijaklah yang harus mematuhinya." ~ Aristoteles
Pernyataan Filsuf Yunani Kuno di atas, dinyatakan dalam bukunya yang berjudul Metafisika. Dalam buku tersebut, Aristoteles lebih banyak mempertanyakan tentang realitas. Salah satu kesimpulannya, adalah setiap manusia harus berterima kasih pada generasi sebelumnya yang telah menurunkan ilmu bagi generasi setelahnya.
Pemikiran murid Plato ini, sesuai dengan yang dikatakan Basarah kalau PDI Perjuangan memberikan kesempatan bagi Jokowi untuk memilih cawapres berusia muda. Menurutnya, keputusan tersebut merupakan bagian dari upaya partainya dalam melakukan regenerasi, terutama dalam mempersiapkan pemimpin baru di Pilpres 2024.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan kalau Partai Banteng tengah memberikan kesempatan pada Jokowi memilih pendampingnya berdasarkan rekam jejak serta kemampuan, atau meritokrasi (meritocracy). Menurut Stephen J. McNamee, melalui sistem ini seseorang hanya dilihat dari kelayakannya untuk menduduki jabatan tertentu, tanpa memandang afiliasi politik maupun latar belakangnya.
Sistem meritokrasi, menurut McNamee, merupakan sistem yang sangat adil sebab memberikan tempat pada orang-orang yang berprestasi untuk duduk sebagai pemimpin. Hanya saja, dari sekian nama yang masuk dalam 'kantong' cawapres Jokowi, tak sedikit sosok muda yang memiliki kemampuan tinggi serta berprestasi.
Bilapun benar, maka penggunaan meritokrasi ini merupakan terobosan besar dalam demokrasi tanah air, di mana cawapres dipilih bukan atas dasar lobi-lobi politik maupun transaksional namun benar-benar berdasarkan rekam jejak dan prestasinya. Sehingga harapan untuk mendapatkan wakil presiden yang berkualitas pun, terbuka lebar.
Terobosan ini, menurut Richard Daff dalam buku Management, merupakan salah satu bentuk kepemimpinan yang mampu mendorong serta mendukung kreativitas agar masyarakat lebih siap akan terjadinya perubahan. Dalam hal ini, secara tak langsung Jokowi tengah melakukan perubahan dari yang awalnya lebih mengedepankan pada politik transaksional menjadi pemerintahan berdasarkan meritokrasi.
Berkaca pada pemaparan di atas, maka berbagai manuver Jokowi dengan mengundang para kandidat yang menjadi cawapresnya ke berbagai acara yang dihadirinya, menjadi hal yang masuk akal. Melalui kunjungan bersama tersebut, kemungkinan besar Jokowi tengah melakukan 'tes lapangan' bagi para kandidat cawapres tersebut.