Hari ini Minggu. Jakarta sekitarnya di mana aku saat ini berada bernada mendung. Sejak kemarin.
Sejak aku bergabung di Kompasiana ini sebulan lalu tulisanku yang baru beberapa keping berkisar tentang lagu dan musik.
Aku memang suka lagu, suka musik. Sangat mungkin ibuku (kami memanggilnya dengan sebutan 'Mami' yang diajarkan Bapak kami) dipenuhi suasana musik saat mengandung diriku. Apa dengan menyanyi sendiri atau bersama Bapakku yang saat ini sudah almarhum yang kami tau memang sangat menguasai musik dan sejak masa muda hingga akhir hayatnya aktif dalam kelompok paduan suara di gereja sebagai dirigen. Atau sering mendengar radio dengan lagu-lagu yang disukainya. Kajian ilmiah terkini mengatakan janin dapat mendengar suara percapakan ibunya maupun suara lain dari perut ibunya dan mereka meresponnya. Saya percaya itu.
Merasa bahwa membicarakan soal musik masih banyak yang bisa dikupas, tulisan ini pun masih berkisar musik.
Ada sebuah rangkaian nada yang sangat saya sukai sejak usia belia di masa bersekolah di SD di Pematang Siantar, kota kedua terbesar di Sumatera Utara. Cukup sering di putar di program khusus musik instrumentalia dan kadang sebagai musik penutup siaran radio di sana. Saat itu saya tak tau itu musik judulnya apa. Kalau pun pernah disebut sang penyiar namun luput dari daya tangkap intelektual saya saat itu.
Sekarang, saat arus informasi begitu mudah diakses saya dapat tau kalau instrumentalia itu berasal dari lagu bersyair. Judulnya 'Merci Cherie'. Tak mengherankan aku mendengarkan alunan nadalagu ini di masa kecil saya karena lagu ini merambah dunia tahun 1966 melalui ajang Eurovision Song Contest yang mendunia. Saat itu aku berusia 5 tahun. Saya merasa sangat terwakili oleh rangkaian nada indahnya. Laksana keindahan yang melayang-layang di angkasa menggapai segenap insan ciptaan Tuhan. Bergerak kesana menyingkapkan satu bentuk keindahan. Bergerak ke sini membentuk keindahan yang lain. Akh, saya jadi berilusi kalau itu adalah sosok seorang dewi yang mempesona di awan-awan namun sungguh dekat untuk dapat dilihat oleh mata. Kainnya yang tersibak sesekali ditiup angin memberi ruang untuk mata menikmati indah betisnya. Hanya betis yang terlihat dan itu puncak keindahannya. Tak perlu lebih.
Sekarang pula, di era internet ini saya dapat memuat ulang video tahun 1966 nya :
http://www.youtube.com/watch?v=DQZZJIIt9tA&feature=kp
(sumber : Youtube)
Judul lagu ini 'Merci Cherie' dalam bahasa Perancis namun syairnya dalam bahasa Jerman demikian:
Merci
Merci
Merci für die Stunden Cherie
Cherie
Cherie uns're Liebe war schön
so schön
Merci Cherie
sei nicht traurig muß ich auch von dir geh'n
Adieu
Adieu
Adieu
deine Tränen tun weh
so weh
so weh
unser Traum fliegt dahin
dahin
Merci Cherie
weine nicht
auch das hat so seinen Sinn.
Schau' nach vorn
nicht zurück
zwingen kann man kein Glück
denn kein Meer ist so wild wie die Liebe
die Liebe allein
nur die kann so sein
so sein
so sein.
Merci
Merci
Merci für die Stunden Cherie
Cherie
Cherie uns're Liebe war schön
so schön
Merci Cherie
so schön
so schön
Merci Cherie
so schön
so schön
Merci Cherie - Merci!
Demikian menarik dan dahsyatnya pesona lagu ini sehingga dibuat versi bahasa Inggerisnya:
http://www.youtube.com/watch?v=cVuBNB8ARKQ
(sumber : Youtube)
Untuk versi bahasa Inggeris ini tak usahlah saya muat syairnya di sini, di kolom komentar saja ya.
Merci, cherie dalam bahasa Indonesia berarti 'terima kasih, sayangku', adalah ungkapan penghargaan dari seorang yang berpisah dari kekasihnya yang telah memberinya keindahan cinta.
Lagu ini sudah pasti sewajarnya diperuntukkan orang yang disayangi dicintai dengan dalam.
Bagi saya pribadi, saya alamatkan kepada seorang wanita hebat yang berjasa dalam hidupku dan kurasakan siap sedia mati bagiku. Dia.....ibuku. Mami tersayang nun jauh di Pulau Sumatera.
Jangan tanya kenapa harus ibuku dan bukan isteriku yang juga dalam kesehariannya berjauhan dariku di sebuah desa asri di Indramayu. Di masa tua ibu saya mau menunjukkan betapa saya mengasihinya dan berusaha menyenangkannya di tengah segala keterbatasan saya.
[caption id="attachment_300155" align="alignnone" width="709" caption="foto koleksi pribadi penulis"][/caption]
Terima kasih, sayangku
untuk cinta yang kauberikan dengan tulus
untuk kebersamaan kita
untuk setiap ciuman yang menenteramkan hatiku
Merci cherie.............Terima kasih, sayangku, Mami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI