Mohon tunggu...
Pin
Pin Mohon Tunggu... -

alter ego

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Fikber 2] Seribu Kunang-kunang (Ending)

2 Desember 2015   18:06 Diperbarui: 3 Desember 2015   10:41 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejujurnya aku sudah lelah. Bayang-bayang warna darah, bau busuk, aroma anyir, rasa sakit, rasa ngeri, semuanya masih segar dalam ingatanku. Apa lagi yang akan kutemui?

“Sukma, semuanya sudah selesai...”

Ayah melambaikan tangannya padaku. Lalu aku melihat senyum di wajah Ibu. Perlahan ragu itu memudar. Maka aku melayang ke sana. Ke arah mereka. Ayah. Ibu.

Tapi seribu kunang-kunang itu seolah tak suka akan pilihanku. Cahaya mereka menarikku ke arah kiri. Aku meronta, tapi mereka terlalu kuat. Sempat aku menoleh ketika mendengar teriakan marah di sisi satunya.

Aku tercekat.

Kedua sosok itu berubah dalam kemurkaan. Bukan lagi Ayah dan Ibu. Bersamaan dengan itu nyala kunang-kunang menyambar belitan rambut di tubuh Sadikin dan Mbok Minah.

Sekejap belitan rambut itu terbakar, kemudian menghilang. Dan aku terpana.

“Sukma...”

Dia bukan lagi Mbok Minah. Tapi Ibu. Ibuku. Memelukku dalam kehangatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

“Kita berkumpul lagi, Nak...”

Aku berpaling. Ayah menatapku dengan wajah haru. Ia bukan lagi Sadikin keparat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun