Ada aroma wangi dari Beliau berdua, artinya beliau memberikan kesempatan kepada Sakti untuk menentukan masa depan. Itu yang sejenak terpikir dalam otaknya.
Lagi-lagi dengan mengeluarkan sisa-sisa kekuatan yang ada, Sakti memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya.
"Begini Pak Bu, Saya sangat berterimakasih kepada Bapak dan Ibu karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melanjutkan sekolah. Keinginan Bapak dan Ibuk untuk menentukan kemana saya harus melanjutkan sekolah itu sangat berdasar dan penuh dengan pertimbangan. Saya yakin bukan pertimbangan satu atau dua hari saja. Namun, kalau diperbolehkan, anakmu ini memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Dengan berbagai pertimbangan pula, mengingat masa depan yang harus saya lalui dan persiapkan".
Suasana hening sejenak, kemudian Ibu bertanya "Bagaimana pendapatmu Nak?".
"Misalkan anakmu ini menginginkan melanjutkan sekolah di SMA apa diperbolehkan Bu? Saya memunculkan pendapat ini setelah melalui berbagai pertimbangan pula Pak. Artinya, jika diperbolehkan Saya akan berusaha maksimal untuk mendapatkan sekolah yang tepat. Setelah diterima, saya juga akan berjuang mendapatkan hasil yang terbaik dan membanggakan untuk keluarga. Keinginan ini sudah terpatri lama di hati Saya Pak Bu". Berbagai argument dan pertimbangan untuk meyakinkan Bapak dan Ibu telah disampaikan oleh Sakti. Tidak tahu sama sekali apa yang menjadi jawaban Bapak dan Ibunya. Namun prinsip yang dipegang Sakti adalah yang penting berusaha dulu, terkait hasil pasti sudah ada yang menentukan.
"Apakah kamu sudah yakin dengan pilihanmu Nak?" Tanya ibu.
"Dengan berbagai pertimbangan, saya sudah yakin Bu." Jawab Sakti kepada Ibunya.
"Kalau memang sudah yakin, silahkan ikuti kata hatimu," tambah Ibu untuk meyakinkan Sakti.
Senang rasanya Ibu telah merestui keinginan Sakti. Terang benderang hatinya.
"Inggih Buk terima kasih". Dengan senyum Sakti menyampaikan ke Ibuknya.
Walaupun kegembiraan itu sedikit terpancar, namun Bapak belum mengucapkan sepatah katapun untuk Sakti. Mungkin banyak pertimbangan yang ada pada Bapak, mengingat Bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab pada semuanya. Sakti tidak berani berucap kepada Bapak.