Mohon tunggu...
Renewable Energy Team
Renewable Energy Team Mohon Tunggu... Lainnya - Human

Jangan membaca sampai koma, tapi bacalah sampai titik. Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan komentar , kritik dan saran sangat berarti bagi penulis terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Inovasi Teknologi: Pra- dan Pasca-panen untuk Perkuat Daya Saing Wisata Petik Jeruk Garum Kabupaten Blitar

15 November 2021   15:26 Diperbarui: 15 November 2021   16:05 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serah terima mesin pemeras jeruk otomatis dari Dosen UM pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat untuk UMKM Wisata Petik Jeruk Garum

Kelurahan Garum, Kabupaten Blitar merupakan daerah yang subur karena berada di daerah aliran 2 sungai, Kali Lekso dan Brantas sehingga tanahnya cocok untuk perkebunan. Setidaknya 8 perkebunan jeruk berada di keluarahan ini dan dikelola sebagai wisata petik jeruk yang potensial karena letaknya di jalur lintas Malang-Tulungagung.

Salah satunya adalah Wisata Petik Jeruk Mak War yang dikelola oleh Ibu Wardaniyah. UMKM ini memiliki luas lahan perkebunan 4000 m2 dan mulai dibuka untuk umum sejak 2018 dan mampu menghasilkan hingga 12 ton buah jeruk jenis keprok siem per tahun dari sekitar 600 pohon. 

Karena siklus panen yang terbatas, yaitu hanya sekali dalam setahun, periode pembungaan setiap pohon dirancang untuk tidak secara bersamaan agar masa panen bisa lebih lama. 

Masa pembungaan direncanakan agar periode panennya bertepatan dengan masa libur sekolah (antara Bulan Juni-Agustus) dengan harapan masa panen bersamaan dengan permintaan dan angka kunjungan wisata yang tinggi.

Permasalahan UMKM Wisata Petik Jeruk ini muncul salah satunya adalah serangan hama lalat buah (Bractocera sp.) yang menurunkan hasil panen hingga 10% karena buah jeruk jatuh sebelum masak dan jika masih tersisa di pohon, buahnya tidak layak konsumsi. 

Sejauh ini, upaya pembasmian hama tersebut masih sangat terbatas dan konvensional sehingga hasilnya kurang optimal. Pandemi COVID-19 juga berdampak pada angka kunjungan wisata petik jeruk yang menurun dari sekitar 7000 kunjungan/tahun menjadi 5000 kunjungan saja. Hal ini memaksa pemilik untuk menjual jeruk hasil panen yang tersisa dengan harga rendah karena produksi dan permintaan tidak seimbang.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Dosen UM melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat PNBP LP2M UM menerapkan teknologi perangkap hama bertenaga surya untuk mengatasi serangan lalat buah yang menjadi masalah tahunan. Teknologi ini didiseminasikan agar pengelola UMKM memahami cara mengatasi hama dengan lebih efektif.

"Menggunakan lampu berwarna kuning dapat menarik perhatian lalat buah di malam hari, sehingga akan banyak yang terperangkap" jelas Yanuar Rohmat Aji Pradana, salah satu Dosen pelaksana kegiatan. 

"Lampu ini disuplai listrik dari panel surya karena selain sumber energinya melimpah, cocok dengan lokasi kebun yang jauh dari pemukiman" tambahnya.

Untuk meningkatkan keragaman produk pasca panen, dimana selama ini UMKM hanya menjual dalam bentuk buah jeruk, teknologi mesin pemeras jeruk otomatis juga diterapkan kepada mitra UMKM. 

Dengan dibantu oleh Dr. Aminnudin, Dr. Retno Wulandari, dan Redyarsa Dharma Bintara, M.Sc, acara serah terima dilaksanakan pada hari Senin 30 Agustus 2021 di lokasi mitra UMKM. 

Diharapkan dengan adanya mesin tersebut, produk-produk olahan berbagai jenis jeruk, seperti sari perasan jeruk, dapat dipasarkan kepada konsumen sehingga dapat meningkatkan daya saing.

Perangkap hama bertenaga surya yang terpasang di Kebun Wisata Petik Jeruk Garum
Perangkap hama bertenaga surya yang terpasang di Kebun Wisata Petik Jeruk Garum

Setelah uji coba selama kurang lebih 1 bulan, diketahui bahwa perangkap hama bertenaga surya terbukti lebih efektif dengan mengangkap hama 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan metode konvensional. "Setelah mendapat bantuan dari LP2M UM berupa alat perangkap hama, hasilnya sangat bagus sekali dengan tangkapan lalat buah yang lebih banyak" papar Rizal, salah satu pengelola UMKM Wisata Petik Jeruk.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa buah yang berada pada pohon di sekitar perangkap hama bertenaga surya terlihat bergerombol dan sedikit yang jatuh sehingga jika diperas hasilnya sangat memuaskan.   

"Penerapan alat-alat ini membuat usaha saya ke depan akan semakin bagus dan buah yang dihasilkan semakin sedikit yang terserang lalat buah karena sudah terperangkap jatuh ke wadah" tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun