Annisa rostiana atau yang biasa di sapa "kak nisa" pada kanal Youtube kinderflix secara tidak langsung telah mengalami social harassment melalui komen social media , kinderflix sendiri adalah suatu program edukasi yang di buat untuk mengedukasi anak usia dini, di mulai dari usia balita hingga anak anak.
Sebelum menjadi konten kreator di Kinderflix, dia pernah bekerja sebagai human resources staff di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) selama dua bulan dari bulan Mei hingga  bulan Juni 2023. Pengalamannya dalam dunia pendidikan juga terlihat dari pengalamannya sebagai counseling guidance di MTS Misbahunnur.
Popularitasnya di Kinderflix membuat warganet mencari tahu kehidupan pribadinya. Dalam akun @anisaros, dia memiliki pengikuti 34,1 ribu. Dia suka berbagai mengenai testimoni para bayi dan balita yang terlihat senang saat menonton Kinderflix di akun pribadinya.
Video-videonya mendapat mendapat jumlah penonton yang tinggi. Contohnya di video yang berjudul "Belajar untuk Bayi dan Balita-Kata Pertama, Lagu dan Nursery Rhymes untuk Bayi Bersama Kak Nisa" sudah ditonton 4,2 juta kali.
Kak Nisa diketahui merupakan satu di antara konten kreator YouTube Kinderflix.
Kak Nisa dan kawan-kawan Kinderflix memiliki tujuan mengedukasi balita melalui konten-konten yang mereka buat.
Sayangnya, netizen justru memberikan komentar kurang pantas hanya karena terpikat oleh kecantikan Kak Nisa sebagai host.
"...kita sangat senang sekali dengan antusias KinderParents yang ikut berinteraksi saat menonton video kita, tapi kita sangat sedih dengan adanya komentar yang bertujuan negatif (seperti seksualisasi) untuk Kak Nisa & Friends..." tulis caption Instagram @kinderflix.idn dalam unggahannya Minggu, 5 November 2023.
Di era serba digital ini, sudah tidak lazim lagi bagi anak anak bermain dengan menggunakan hp  terutama menonton youtube, anak anak bisa bermain sambil belajar lewat tontonan edukasi yg di tayangkan, awal terciptanya channel youtube yang di dirikan oleh delfano chaires ini, di penuhi respon positive oleh para orangtua saat ini, selain channel ini hasil karya dari Indonesia , tayangan yang telah di tampilkan sangat bermanfaat bagi balita dan anak anak, seperti membantu memudahkan dalam berbicara, belajar menghitung dan edukasi lain nya.
Channel youtube kinderflix ini, terdiri dari beberapa host, kak nisa adalah salah satu host  yang banyak di sukai oleh anak anak, akan tetapi sangat amat disayangkan kak nisa mendapatkan komentar tak senonoh dan menyimpang atas konten edukasi tersebut sehingga komentar komentar itu sempat menyebabkan terjadinya kehebohan pada dunia maya, dan komentar tak senonoh itu di tuliskan pada kolom komentar tiktok yang telah mengupload cuplikan dari tayangan kinderflix, kalimat tak senonoh ini di tuliskan dengan secara halus oleh oknum netizen seakan akan tidak bertujuan untuk hal yang tak senonoh.
Seperti yang di ungkapkan delfano chaires selaku owner kinderflix di kanal youtube dr.richard lee "pengen  'crt' ke kak nisa, crt itu menurut mereka cerita,pengen ceritain sesuatu ke kak nisa, tapi kan itu sangat ambigu gitu, dan komen ini sangat ga pantes gitu, banyak banget yang komen begitu"
" tapi menurut mereka cerita, tapi kan jelas dong, mau cerita pengen cerita apa gitu?"
"Apalagi kayak wah tontonan untuk tumbuh kembang bayi umur 200 sekian bulan gitu,atau 2000 sekian bulan gitu, jadi untuk bayi umur 30 tahun, untuk bayi 40 tahun, jadi kayak mereka tu, ga habis pikir gitu ini tu konten balita, konten anak anak" lanjut owner kinderflix seperti di tayangkan di kanal youtube dr.richard lee pada (17/11).
kasus ini sudah bisa di lihat, Bahwasannya ka nisa sudah terkena social harassment, social harassment adalah termasuk plecehan seksual melalui social media, plecehan tidak hanya di dunia nyata saja, melainkan di dunia maya juga bisa terjadinya plecehan seksual.
Atas kejadian itu nisa selaku host kinderflix ini sempat  merasa down dan terpuruk. namun, ia menegaskan tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan dan terlalu memikirkan komentar tersebut.konten edukasi yang pada hakikat nya di tujukan untuk balita dan anak anak itu, justru mendapatkan reaksi yang tak pantas oleh sejumlah netizen.
"Kalau aku pasti sedih merasa down. Cuma aku nggak mau berlarut dalam kesedihan dan aku juga mikir ngapain juga harus sedih," kata Nisa ditemui di Studio FYP Trans 7 di Kawasan Mampang, Jakarta Selatan pada Selasa (7/11/2023).
Meski tak ingin berlarut dalam kesedihan Nisa berusaha fokus ke hal yang lebih positif. Seperti fokus mengembangkan konten edukasi anak yang dipandunya demi membantu orang tua diluar sana dalam mengedukasi anak-anak.
"Karena yang aku lakukan ini hal positif, aku fokus ke hal positif saja untuk saat ini aku nggak (mau nanggapin). Karena aku tetap fokus pada tujuan channel ini untuk bantu orang tua di luar sana dan anak-anak di luar sana untuk saat ini lebih ke hal positif," ungkap Nisa.
Di sisi lain banyak pula yang mendukung Nisa. Mereka pun bersyukur kontennya diapresiasi para orang tua sehingga jangan sampai konten itu disalahgunakan.
"Alhamdulillah banyak support," ungkap Nisa.
Dilihat dari kasus ini, komentar dari netizen yang merujuk pada seksualisasi pada perempuan tergolong sebagai pelecehan seksual berbasis gender di media online.
Pakar terkait kekerasan berbasis gender online (KBGO) sekaligus pengamat dan peneliti media digital, Ellen Kusuma, mengatakan situasi objektifikasi seksual seperti kasus Kinderflix sebenarnya tak jarang terjadi. Ia sangat menyayangkan bagaimana objektifikasi seksual seperti ini masih terus terjadi, terutama di ruang publik.
"Jadi kalau kita ngomongin situasi Kinderflix memang sangat disayangkan karena terjadi di ruang publik. Ya mau di ruang apapun sebenarnya tidak diperkenankan terjadi sebuah objektifikasi, apalagi objektifikasi seksual," jelas Ellen pada detikcom saat ditemui di acara Rutgers Indonesia, Selasa (14/11).
"Karena itu tidak melihat manusia sebagai manusia, tapi sebagai objek, terutama pada perempuan sebagai objek seksual," lanjutnya.
Kekerasan berbasis gender online atau KBGO dipahami sebagai aksi kekerasan yang memiliki niatan atau maksud melecehkan korban. Hal ini dilakukan berdasarkan gender menggunakan teknologi.
Melihat ini, Ellen merasa ada yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di kemudian hari. Misalnya, dengan melaporkan fenomena objektifikasi seksual yang berlangsung platform media sosial.
Menurutnya, perlu diketahui lebih lanjut apakah platform media sosial sudah punya penanganan atau kategori pelaporan. Terutama terkait konten seputar objektifikasi seksual.
"Dan kalau misalnya dilaporkan, apakah bentuknya bisa di-take down, atau akunnya bisa dari pelaku atau akun pelakunya bisakah diturunkan atau dihapus sama sekali. Nah itu yang mungkin bisa dicari tahu dan didorong ke platform media sosial," tutur Ellen.
"Sehingga hal-hal seperti objektifikasi seksual itu tidak menjadi hal yang bisa dilakukan dengan seenaknya oleh siapapun," ujarnyanya.
Artikel ini di susun oleh Amalia Azahra, Ibnu Gading Priyono, dan Pingka Agustin. Artikel ini di terbitkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiah dengan dosen pengampu ibu Nur Fitriyana, M.Psi., Psikolog.
DAFTAR PUSTAKA
Â
https://hot.detik.com/celeb/d-7023248/nisa-kinderflix-buka-suara-usai-dapat-catcalling-dari-netizen
Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI