Mohon tunggu...
Pinggala Adi Nugroho
Pinggala Adi Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Football enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah dari Taipei, Apa yang Salah dari Skuad Garuda?

21 September 2023   22:36 Diperbarui: 21 September 2023   23:03 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Indonesia harus menelan pil pahit saat menjamu lawan nya China Taipei pada Kamis 21 September 2023. Indonesia takluk dengan skor tipis 1-0 dalam laga kedua fase grup K Asian Games. 

Tampil dengan kepercayaan diri tinggi ditambah modal kemenangan di laga pertama melawan Kirigistan membuat timnas garuda lebih diunggulkan oleh khalayak sepakbola. Namun, sepakbola tetaplah sepakbola. Misteri selalu menyelimuti hasil akhir sebuah pertandingan. Tim yang dikira banyak pihak akan menuai hasil positif nyata nya harus memeluk hasil negatif. 

Ya, inilah yang terjadi pada Timnas Indonesia sore hari tadi. Dengan hasil ini, kemenangan adalah harga mati bagi skuad garuda di partai terakhir melawan Korea Utara. Dengan sederet kejadian pertandingan pada sore hari tadi melawan Taipei, sebenarnya apa yang salah dari permainan Timnas Indonesia ? simak analisa nya dibawah ini !

Rotasi Di Waktu Yang Kurang Tepat

Melakukan rotasi dalam sebuah tim yang sedang melakukan kompetisi adalah hal yang baik. Dengan melakukan hal tersebut akan terjadi refresh energi karena pemain akan mendapatkan menit bermain dengan sama rata. Rotasi juga meminimalisir pemain dalam terkena cedera. Namun, penting untuk diingat bahwa rotasi akan menjadi baik jika timing nya tepat. 

Berbeda halnya dengan kejadian Timnas Indonesia tadi sore saat menjamu China Taipei. Indonesia membutuhkan kemenangan untuk setidaknya menyegel satu tempat dan mempermudah langkah mereka untuk lolos dari fase grup. Tentu secara matematis Timnas Indonesia harus bermain dengan winning team mereka atau setidaknya tidak melakukan rotasi terlebih dahulu untuk mengamankan 3 poin.

Tetapi lineup yang tersusun pada sore hari ini sedikit berbeda. Ada setidaknya 4 pemain yang di rotasi dari laga sebelumnya. Yaitu : Andy setyo, Robi Darwis, Taufany, dan Ernando. Untuk nama terakhir cukup mengejutkan karena peran nya dibawah mistar gawang sangat krusial dalam beberapa pertandingan terakhir. Dan nama yang menggantikan pemain yang di rotasi adalah : Dewangga, Bagas kaffa, Ananda Raehan, Adi Satryo.

Untuk nama-nama pengganti pemain yang di rotasi, mereka tak bermain buruk. Namun tidak se on point para pemain sebelumnya. Terutama Bagas kaffa yang menggantikan Robi darwis dan Ananda Raehan yang menggantikan Taufany.

Untuk Bagas Kaffa, ia seringkali hilang kontrol dan telat dalam melakukan transisi. Permainan nya juga kurang tenang dan beberapa kali sering telat turun ke area backline tim. Sementara Ananda Raehan, kurang berani dalam melakukan kreasi dan terkesan stuck di lapangan tengah. Dalam beberapa kesempatan juga ia kurang bisa memberikan umpan visioner ke lini depan.

Sekali lagi, rotasi akan berjalan baik apabila timing nya tepat. Seharusnya dengan kondisi tim yang membutuhkan kemenangan, winning team di laga sebelumnya harus tetap dimainkan dari awal.

Minimnya Strategi Pelatih

Dalam menjalankan sebuah permainan diperlukan adanya berbagai taktik dan strategi yang mumpuni dan juga menyesuaikan dengan kondisi tim yang dimiliki. Dan dua hal tersebut tidak dimiliki oleh coach Indra Sjafri.

Timnas Indonesia tampil di Asian Games kali ini dengan hanya membawa satu striker yaitu Titan Agung dari Bhayangkara Fc. Ditambah tim yang dibawa ke China kali ini bisa dibilang memiliki tinggi yang hanya rata-rata bahkan bisa dibilang pemain nya pada tidak tinggi. Terlebih di sektor penyerangan. Dengan kondisi tim yang seperti ini, Seharusnya Indra Sjafri lebih jeli dalam menentukan taktik.

Dilihat dari permainan timnas tadi sore, dengan kondisi tim yang sudah saya paparkan diatas, timnas Indonesia justru malah bermain crossing dan bola-bola atas. Ini tentu jadi sebuah pertanyaan besar. Mengapa? Secara fisik apabila kita menonton pertandingan nya, pemain timnas China Taipei memiliki postur jauh lebih tinggi daripada timnas Indonesia. 

Sudah bisa ditebak bahwa strategi crossing dan bola bola atas tentu akan gagal total dan mudah dihalau oleh lawan. Padahal, skuad garuda memiliki pemain pemain cepat macam egy, ramai, dony tri, dan hugo samir. Alangkah lebih bijak dan jeli jika coach Indra memakai pola permainan triangleship atau operan satu dua cepat dan diakhiri dengan killer pass maupun umpan daerah yang tentu merupakan makanan empuk bagi para pemain pemain yang memiliki kecepatan.

Strategi Counter Attack Yang Sukses Dari Taipei

Dilansir dari instagram lapangbola, statistik menunjukan bahwa ball possesion Indonesia menyentuh 81% dan China Taipei hanya 19%. Chances created dari tim lawan pun hanya berhasil membuat 5 peluang sedangkan Indonesia menyentuh 11. Ini menunjukan bahwa China Taipei benar-benar bermain parkir bus dan menerapkan serangan balik. Hasilnya pun positif, mereka berhasil menyarangkan 1 gol dan berhasil juga membuat Indonesia mati kutu tak bisa menembus pertahanan nya.

Selama 90 menit jalannya pertandingan, Indonesia sangat menguasai pertandingan. Berbanding terbalik dengan China Taipei yang menerapkan garis pertahanan rendah dan hanya menyisakan satu atau dua pemain saja di area tengah kedepan.

Walau terkesan menguasai pertandingan dengan adanya statistik yang menunjukan ball possesion sampai 81% , Indonesia sebenarnya bermain biasa saja dan banyak melakukan back pass apabila mengalami deadlock di lini tengah. Kejelian pelatih Taipei di pertandingan ini adalah menaruh banyak pemain di area tengah ke belakang dan menginstruksikan pemainnya untuk menunggu Indonesia membuat kesalahan. Tentu pola bermain seperti ini menbutuhkan kesabaran dan koordinasi yang rapih di antar lini. Kesabaran mereka pun berbuah manis dengan hadirnya gol di menit ke 47 oleh Chin Wen Yen.

Tidak Adanya Pemain Kreatif Di Lini Tengah Indonesia

Tidak hadirnya Marselino ferdinand dan Beckham putra membuat lini tengah Indonesia kekurangan pemain kreatif. Hadirnya beckham maupun marselino tentu bisa membantu lini tengah Indonesia yang kehilangan ritme. Marsel dan juga Beckham adalah pemain yang bertipikal attacking midfielder yang memiliki kemampuan distribusi bola, dribling, dan sering memberikan progressive pass kedepan. Hal itu tidak bisa kita lihat dan rasakan pada pertandingan sore tadi. Pemain lini tengah Indonesia cenderung lebih berkarakter defensive. Oleh karena nya jarang ada pergerakan menusuk ke jantung pertahanan lawan dan berdampak pada kreatifitas serangan yang menurun. 

Ini tentu merupakan pekerjaan yang harus dituntaskan coach Indra Sjafri sebelum pertandingan melawan Korea Utara digelar. Harus ada pemain yang bisa melakukan passing visioner ke area depan dan juga berani menusuk ke area tengah pertahanan lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun