Mohon tunggu...
Pinasty
Pinasty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi (21107030022) Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menjadi Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Yuk Kenali "Social Comparison" !

20 Mei 2022   14:39 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:45 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hallo. Sudah pernahkah anda mendengar kata social comparison?
Jadi dari kalian yang sangat sering sekali membandingkan diri kalian dengan orang lain, wah itu berarti sudah termasuk kategori social comparison nih.  Yuk simak mengenai social comparison!

Jadi, social comparison itu dimana diri kita sendiri selalu membandingkan dengan diri orang lain atau selebritis. Misalnya, diri kalian bertemu orang dijalan, entah itu orang lain, kerabat, keluarga bahkan teman atau melihat beberapa atris selebritis di media sosial. Menjadikan kalian berfikir " Kenapa aku tidak bisa seperti mereka, melakukan yang mereka lakukan kenapa aku tidak bisa?". 

Itulah yang dinamakan social comparison. Sehingga tanpa anda sadari proses berpikir ini hanyalah membuat energi anda terkuras, mengapa? Karena hal semacam itu hanyalah cuplikan sederhana atau kecil dari kehidupan orang lain.

Nah, perlu diketahui bahwa social comparison ini pertama kali dicetuskan oleh seorang psikolog Leon Festinger pada tahun 1954. Proses social comparison ini melibatkan prang yang mengenal diri mereka sendiri dengan mengevaluasi sifat dan kemampuan orang lain yang biasanya perbandingan itu dilakukan dengan orang yang serupa, misalnya orang lain tapi seperti seumuran kita. 

Namun, social comparison ini wajar terjadi, mengapa? Karena setiap orang, mereka akan mempunyai kahekatnya sendiri-sendiri atau memiliki semangat dorongan atau tandency kecenderungan guna sebagai evaluasi diri secara internal, maka dari itu sering dalam setiap Individu melakukan pikiran tersebut dengan melakukan perbandingan terhadap individu lain.

Mengutip dari laman Alpas, bahwasannya ketika seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain, maka sama halnya seseorang itu mengambil atau merampas kesenangan ataupun kebahagiaan diri sendiri, sehingga melalui itu, seseorang dapat merasa inferior dan superior yang mana semua itu tidak menumbuhkan dan membuat suatu kebahagiaan yang utuh.

Perlu digaris bawahi, individu dalam mengevaluasi diri sendiri memiliki dua jenis, yakni yang pertama upward social comparison, yang mana ketika melihat orang lain lebih baik, maka diri kita akan mempunyai harapan dan akan mendapatkan inspirasi dari orang lain. 

Selanjutnya yang ke dua yakni downward social comparison, dimana seorang individu ketika melihat apa-apa orang lain bukuk, maka individu akan merasa lebih baik. Sehingga orang yang melakukan perbandingan kepada orang lain, dirinya akan memilah bahwa orang atau figur yang akan menjadi titik patokannya yang beda.

Lalu apa sih yang membuat social comparison itu ada?

Pertama yakni karena kurang adanya rasa bersyukur. Kata bersyukur merupakan kata yang mudah dan singkat. Namun menjadi hal yang sulit ketika diterapkan dapat kehidupan orang. Ketika anda bersyukur maka anda akan merasa cukup dan tidak merasa selalu kurang. Sehingga anda akan merasa bahagia dan tentram dengan kecukupan yang anda miliki, hal tersebut membuat rentan adanya social comparison. 

Selalulah bersyukur dengan apa yang anda punya karena itulah hasil dari kerja kerasmu yang patut anda hargai, jangan terus bandingkan anda dengan orang lain hanya karena ketidak puasan anda terhadap apa yang anda punya.

Kedua yaitu selalu mendengarkan perkataan orang lain. Dengan anda yang terus terpaku atas perkataan orang lain, maka anda akan sulit menentukan pilihan anda artinya anda tidak menjadi diri sendiri. Hal ini sering terjadi pada seseorang. Misalnya ketika sedang bermain bersama teman, kemudian salah satu teman atau beberapa teman yang terus berbicara memberi gambaran mengenai ucapan " sebaiknya kamu beli tas ini deh, lebih bagus dari milik dia. 

Masa dia merek itu tapi kamu beluk merk yang dibawahnya sih". Hal-hal seperti itu tanpa disadari dapat membuat diri anda terpancing dan menyebabkan perbandingan atau social comparison yang bernilai negatif, jika anda sendiri tidak dapat mengontrol pribadi diri anda dari hal-hal seperti itu.


Ketiga yaitu tidak menyadari atas kelebihan yang anda miliki. Ketika anda selalu merasa kurang, yang mana dapat membuat social comparison, maka anda akan sulit bahkan tidak menyadari kelebihan yang kamu miliki. Maka dari itu jangan selalu bandingkan diri anda dengan orang lain dalam konteks negatif.

Tetapi lihatlah dirimu sendiri terlebih dahulu agar anda dapat lebih mengetahui atas apa yang kamu miliki yakni suatu kelebihan.

Keempat yaitu adanya rasa kecemburuan dalam diri sendiri. Rasa kecburuan menjadi hal yang saat ini wajar. Ketika banyak orang yang merasa hidupnya tidak seperti orang lain yang lebih mewah atau glamor dan kekinian atau modern. Misalnya melihat orang lain yang bisa liburan ke Bali, maka akan ada rasa kecemburuan, sehingga timbullah social comparison.

Melihat terdapat empat faktor penyebab adanya social comparison yang ternyata sangat related di kehidupan sehari-hari tanpa disadari. Disisi lain, dari faktor penyebab terjadinya perbandingan diri terhadap orang lain juga akan menimbulkan dampak, yakni misalnya akan menyakiti diri sendiri, yang mana hal itu dapat membuat dampak buruk juga, yaitu membuat diri seorang individu merasa tidak percaya diri.

Melihat berbagai faktor penyebab dan dampaknya. Maka dari itu apa yang seharusnya dilakukan untuk dapat stop social comparison? Berikut caranya:

Pertama yakni selalu berfikir positif. Dengan berfikir positif anda akan merasa lebih percaya diri dan akan lebih cenderung tidak merasa teetekan atas apa yang kamu punya dengan menghadapi banyak iming-iming duniawi.
Kedua yaitu menerima kekurangan yang ada pada diri anda. 

Karena dengan terus menerus menutupi ketidaksempurnaan dengan terus menjadi sempurna karna hanya untuk memenuhi atau menyamakan standar orang lain akan sia-sia dan menguras tenaga. Jadi belajarlah untuk dapat menerima kekurangan anda sendiri.

Ketiga yakni bergaul bersama orang-orang yang supportif. Dengan anda bergaul dan mencari orang-orang yang supportif maka anda akan menjadi diri anda, artinya pilihan yang akan anda pilih tergantung pada diri anda bukan orang lain, karena teman akan selalu mensupport apa yang menjadi pilihan diri anda sendiri. 

Misalnya ketika kamu melihat orang lain yang dapat liburan dengan mewah, kemudian mungkin ekonomi anda tidak secukup orang itu maka anda tidak akan mengerti gengsi tersebut, dan disisi lain anda mempunyai orang yang mensupport anda atas segala pilihanmu. 

Karena jika anda tidak mempunyai orang yang selalu mensupport maka bisa jadi orang lain akan mempengaruhi untuk menuruti gengsi tersebut.

Keempat yaitu tonjolkan apa yang menjadi kelebihan pada diri anda. Dengan begitu anda akan sulit mengalami social comparison. Justru malah orang lain akan terinspirasi oleh diri anda.

Perlu digarisbawahi, pendapat atau pilihan yang paling utama adalah pilihan diri kita sendiri, bukan orang lain. Proses perbandingan atau social comparison harus anda kontrol dengan ketat, baik dan benar agar membentuk hasil positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun