Mohon tunggu...
Pina Repina Pebriyanti
Pina Repina Pebriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Parang: Alat Pertanian yang Sederhana dan Efektif Asal Sumedang

13 November 2023   12:10 Diperbarui: 13 November 2023   12:55 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi 

Gambar diatas merupakan bentuk parang yang biasa kita lihat digunakan oleh para petani di daerah Jawa Barat karena asalnya dari Kabupaten Sumedang, parang tersebut merupakan salah satu koleksi peninggalan yang terdapat di museum Sri Baduga yang berlokasi di kota Bandung. Koleksi pada Museum Sri Baduga banyak memamerkan berbagai macam benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi. 

Beragam benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi, seperti koleksi arca pada zaman megalitik, pakaian adat, rumah, perkakas, permainan, dan alat musik tradisional. Salah satunya ialah Parang. Parang merupakan salah satu alat pertanian yang telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. 

Parang terbuat dari besi yang ditempa, dengan satu sisi tajam, secara umum bilah parang berukuran cukup panjang Mata pisaunya dari besi yang panjangnya 20-30 cm. dengan tangkai dari kayu yang panjangnya antara 30-40 cm. Bentuk parang ini ujungnya bangkok di tengah membesar dan tajam, berfungsi untuk memotong kayu atau dahan kayu yang ada di pematang sawah. 

Ujungnya yang bengkok itu digunakan untuk menggaet, cabang atau ranting pohon yang mengganggu sawah. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik, sebagian parang memiliki semacam penahan tangan pada gagang, sebagian parang agak melengkung, Meskipun terlihat sederhana, parang memiliki peranan penting dalam pekerjaan pertanian. 

Alat ini digunakan untuk menebang rumput, mengiris tanaman, dan memangkas dahan pohon. Parang juga dapat digunakan untuk membersihkan lahan dan membuang gulma. 

Penggunaan parang dalam pertanian berasal dari kemampuannya dalam memotong dengan cepat dan akurat. Bentuknya yang memiliki mata yang tajam dan panjang dirancang agar lebih efektif dalam melakukan pemotongan. Selain itu, gagang parang yang biasanya terbuat dari kayu juga memudahkan petani untuk mengaturnya dengan baik saat menggunakannya.

Kelebihan utama parang sebagai alat pertanian adalah kemampuannya dalam melakukan pembentukan lahan pertanian. Ketajaman pisau parang memungkinkan petani untuk memotong rumput, jerami, dan batang padi dengan mudah. Alat ini juga cukup ringan, sehingga memudahkan petani membawanya ketika bekerja di ladang. Selain itu, parang juga berguna dalam memotong atau memangkas batang pohon yang terlalu besar atau melalui jalan. 

Dalam beberapa kasus, petani bahkan menggunakannya parang untuk memangkas cabang-cabang pohon buah agar menghasilkan buah yang lebih baik. Banyak petani yang menggunakan parang sebagai alat multifungsi yang dapat digunakan dalam berbagai tugas pertanian.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan parang dalam pertanian mungkin sudah digantikan oleh mesin-mesin modern seperti mesin pemotong rumput atau gergaji motor. 

Meskipun begitu, parang tetap menjadi alat yang penting dalam beberapa situasi. Misalnya, ketika bekerja di area yang terbatas atau sulit dijangkau oleh mesin, atau ketika bekerja di lahan yang tidak terlalu luas. Parang juga tetap digunakan sebagai alat cadangan ketika mesin-mesin tersebut mengalami kerusakan. 

Selain itu, parang juga sangat berguna bagi petani yang tinggal di daerah terpencil atau pedesaan yang mungkin tidak memiliki akses terhadap peralatan modern. Parang sebagai alat pertanian merupakan simbol tradisi pertanian di Indonesia. Meskipun ada pengenalan teknologi modern, parang tetap menjadi alat yang digunakan oleh petani-petani di Indonesia, sesuai fungsinya parang termasuk ke dalam teknologi adaptif. 

Menurut Sumitro Djojohadikusumo (dalam Indah Aswiyati, 2016) terdapat tiga jenis teknologi desa yaitu, teknologi adaptif, teknologi protektif, dan teknologi maju. Dari ketiga teknologi tersebut, teknologi adaptif adalah teknologi yang ditunjukan untuk menanggulangi masalah-masalah pangan dengan menggunakan alat-alat pertanian yang sesuai dengan kebutuhan mendesak.

Parang yang mudah ditemukan dan terjangkau harganya merupakan solusi yang efektif bagi petani untuk melakukan pekerjaan pertanian secara efisien. Dalam beberapa tahun terakhir, parang juga mendapatkan popularitas baru sebagai alat survival. Banyak pecinta alam dan pejalan kaki yang menggunakan parang sebagai alat yang tangguh dan dapat diandalkan saat berada di alam bebas. 

Dalam penggunaannya, perlu diperhatikan keamanan saat menggunakan parang. Pastikan untuk menggunakan sarung atau pelindung tangan untuk mencegah luka saat memegang parang. Selain itu, pastikan juga mempertahankan parang dalam kondisi tajam dan selalu membersihkannya setelah digunakan agar tetap efektif dan tahan lama.

Keberadaan parang sebagai alat pertanian yang sederhana namun efektif terus bertahan dalam era modern ini. Parang merupakan alat pertanian sederhana namun efektif yang telah digunakan sejak zaman dahulu. 

Keberadaannya sebagai alat yang digunakan dalam pekerjaan pertanian tetap relevan hingga saat ini. Meskipun telah ada banyak alat modern yang digunakan dalam pertanian, parang tetap menjadi pilihan yang penting dalam beberapa situasi, terutama di daerah pedesaan atau di daerah terpencil. 

Kelebihan parang yang membuatnya masih terus ada di dunia pertanian adalah karena parang dapat digunakan dalam area yang sulit dijangkau oleh mesin atau alat modern lainnya dan parang tidak membutuhkan bahan bakar atau energi listrik, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Referensi:

Indah Aswiyati. (2016). Peran Wanita dalam Menunjang Perekonomian Rumah Tangga Keluarga Petani Tradisional untuk Penanggulangan Kemiskinan di Desa Kuwil Kecamatan Kalawat. Jurnal Holistik, IX No. 17, 1--18. Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/11188/10778

Fathurrachman, L., Sayuti, S., Bachrudin, R.T. (1989). Peralatan produksi tradisional dan perkembangannya di Nusa Tenggara Barat.

Museum Sri Baduga: Asyiknya Mengenal Budaya Sunda https://www.bandung.go.id/news/read/6893/museum-sri-baduga-asyiknya-mengenal-budaya-sunda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun