Mohon tunggu...
pina nurpiati
pina nurpiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menonton

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengenal Makanan Khas Tradisional Provinsi Riau (Melayu Riau)

30 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 30 Desember 2024   17:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bolu Kemojo Makanan Khas Melayu Riau

1. Bolu Kemojo

Indonesia merupakan negara yang mempunyai beranekaragam jenis makanan tradisional. Kekayaan kuliner tradisional suatu daerah merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan dan setiap daerah di Indonesia memiliki makanan tradisional dengan ciri khasnya masing-masing. Tak bisa dipungkiri, kini tak sedikit wisatawan yang sengaja datang ke sebuah destinasi demi mendapatkan pengalaman mencicipi kelezatan makanan khas daerah hingga melihat langsung prosesi pembuatannya yang autentik. Ketertarikan wisatawan terhadap kekayaan budaya menjadi alasan kuat yang mendorong berkembangnya tren culinary tourism yang didasari oleh adanya konsep cultural food. Wisata kuliner yang berkembang kini bukan sekedar berwisata sambil makan apa adanya, sekedar kenyang. Wisatawan ingin dapat memahami tentang apa, siapa, mengapa, dan bagaimana kebudayaan suatu daerah, para wisatawan juga tertarik untuk mcmbeli makanan khas sebagai oleh-oleh. Hal ini tentunya memberikan peluang bagi perkembangan bisnis kuliner oleh-oleh. Adanya konsep culinary tourism ini telah membuat makanan tradisional menjadi salah satu daya tarik wisata(Muliani, 2019: 51). 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) dalam (Syamsul, 2021:54) Makanan tradisional merupakan semua hal yang bisa dimakan dan bermanfaat yang diwariskan secara turun temurun. Menurut Purwaning Tyas, makanan tradisional atau makanan lokal merupakan salah satu identitas suatu kelompok masyarakat yang sangat mudah untuk ditemukan dan mudah untuk dikenali. Adapun ciri-ciri makanan tradisional menurut Marwanti (2000) dalam (Syamsul, 2021:58), diantaranya yaitu: 

1. Resep makanan diperoleh secara turun-temurun dari generasi pendahulunya 

2. Pengelohan makanan menggunakan alat tradisional tertentu 

3. Teknik pengolahan makanan merupakan teknik yang harus dilakukan, untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari makanan.

Bolu Kemojo atau Bolu Kemoja adalah makanan khas Melayu dari Riau. Bolu ini sering kali disajikan pada hajatan, buka puasa, atau perayaan hari besar seperti lebaran. Pada umumnya bolu ini berwarna hijau kecoklatan. Bolu ini memiliki berbagai varian rasa, mulai dari keju, coklat, kacang merah, pandan dan durian (Hartini & Swasty, 2018:1871). Berbeda dengan bolu kebanyakan yang mempunyai tekstur lembut. Bolu Kemojo ini termasuk ke dalam makanan tradisional yang memiliki tekstur yang padat. Dalam proses pembuatannya Bolu Kemojo sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet buatan.  

Bolu Kemojo sangat berpotensi sebagai daya tarik wisata di Kota Pekanbaru, karena bolu kemojo merupakan makanan tradisional melayu yang masih kental dengan budaya sehingga menjadi destinasi wisata kuliner kategori kuliner tradisional. Daya tarik wisata bolu kemojo tergambar dari keunikannya, sejarahnya, keistimewaannya, rasa dan otentisitasnya yang ditunjukkan melalui nilai dan bentuk tampilannya. Dengan penggunaan bahan yang khusus dan peralatan yang masih tradisional, wisatawan dapat melihat langsung pembuatan nya di jam tertentu, membuat bolu kemojo ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata di kota Pekanbaru yang bertema urban tourism. Tentu dengan Kota Pekanbaru yang kental dengan adat ini harus mulai ditonjolkan sisi ke melayuan nya, langkah awalnya bisa dengan bolu kemojo ini.

Sejarah Bolu Kemojo

Bolu Kemojo adalah salah satu kue tradisional yang sangat populer di kalangan masyarakat Melayu. Kue ini dikenal karena teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis, menjadikannya pilihan yang pas untuk dinikmati sebagai camilan atau hidangan penutup. Bolu Kemojo juga memiliki nilai budaya yang tinggi,karena sering kali menjadi bagian dari perayaan dan acara-acara khusus dalam budaya Melayu, Riau.

Bolu Kemojo memiliki asal-usul yang erat kaitannya dengan budaya Melayu yang berkembang di wilayah Riau dan sekitarnya. Kue ini awalnya merupakan makanan tradisional yang hanya dibuat pada acara-acara tertentu, terutama di kalangan masyarakat Melayu yang lebih tua. Pada masa itu, Bolu Kemojo dianggap sebagai kue yang "istimewa" dan hanya dibuat pada hari-hari besar atau acara yang sangat penting.

Nama "Kemojo" sendiri diyakini berasal dari bahasa Melayu yang mengacu pada bentuk kue yang menyerupai "kemojo" atau "kembang sepatu", sebuah bunga yang memiliki kelopak yang melengkung dan simetris. Bentuk kue ini memang mirip dengan kelopak bunga yang melengkung dan sering kali dihiasi dengan warna kuning yang cerah.

Pada awalnya, Bolu Kemojo hanya dibuat dengan bahan-bahan sederhana yang tersedia di sekitar lingkungan, seperti telur, tepung, mentega, dan gula. Namun seiring dengan berkembangnya waktu dan semakin meningkatnya permintaan, kue ini mulai mengalami variasi dalam hal rasa dan bentuk. Bolu Kemojo pun mulai dikenal lebih luas di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.

Bolu Kemojo dalam Budaya Melayu

Di Riau, Bolu Kemojo sering dianggap sebagai simbol keharmonisan dan kebersamaan. Biasanya, kue ini disajikan dalam bentuk yang besar dan dipotong-potong untuk dibagikan kepada tamu undangan. Rasa manis dan tekstur yang lembut membuatnya digemari banyak orang, terutama karena kue ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan kue-kue tradisional lainnya.

Selain itu, dalam tradisi Melayu, Bolu Kemojo juga sering disajikan pada saat acara adat atau acara keagamaan, seperti pernikahan dan syukuran. Kue ini menjadi bagian penting dalam upacara sebagai simbol kebahagiaan dan kemakmuran.

Proses Pembuatan Bolu Kemojo

Bolu Kemojo terbuat dari bahan-bahan seperti telur, tepung terigu, mentega, gula, dan santan kelapa. Proses pembuatan Bolu Kemojo cukup sederhana, meskipun membutuhkan ketelitian dalam mencampurkan bahan-bahan agar mendapatkan tekstur yang lembut dan rasa yang pas.

Cara membuat Bolu Kemojo biasanya dimulai dengan mengocok telur dan gula hingga mengembang, lalu mencampurkan bahan-bahan kering seperti tepung terigu. Selanjutnya, mentega dan santan ditambahkan untuk memberi kelembutan dan rasa gurih pada kue ini. Setelah adonan tercampur rata, kue dipanggang hingga matang dengan bentuk yang bulat dan berwarna kuning cerah.

2. Lopek Bugih

Foto Lopek Bugih 
Foto Lopek Bugih 

 Lopek bugi adalah makanan tradisional khas Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dalam bahasa Ocu Kampar, kata "bugi" berarti ketan. Lopek bugi biasanya dihidangkan sebagai cemilan atau dalam berbagai acara. Lapek bugih memiliki bentuk kerucut seperti piramida dan terasa lengket dan agak kenyal. Adapula yang berbentuk persegi panjang. Lapek bugih biasanya memiliki isian gula merah dan parutan kelapa yang dibungkus dengan daun pisang. Lapek Bugih memiliki rasa gurih yang biasanya ada dalam makanan yang mengandung santan, Ada rasa manis di bagian tengahnya dari isiannya, yaitu parutan yang dicampur dan dimasak dengan gula merah. 

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, lapek bugi berasal dari tanah Bugis, Makassar. Dahulunya, pelayan dari Bugis memperkenalkan lapek bugi kepada masyarakat Minang. Makanan ini sering dijadikan hantaran dalam tradisi Maanta Pabukoan ketika memasuki bulan Ramadhan. Biasanya, menantu perempuan mengantarkan lapek bugih dan masakan lainnya ke rumah mertua (keluarga suami).
Kemudian, dikutip dari Repository UIN Suska, lapek berarti lepat, sedangkan bugi berarti ketan. Jadi, lapek bugi berarti Lepat yang dibuat dari Ketan. Istilah bugi digunakan karena pada zaman dahulu pembuatan lapek bugi melibatkan penumbukan Beras Ketan dengan lesung hingga halus, kemudian dijadikan adonan. Beras Ketan yang ditumbuk dengan lesung disebut Bugi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun