Misalnya, film Ngenest (2015), memberi kritik sosial terhadap bagaimana minoritas diperlakukan di Indonesia, kemudian ada film Cek Toko Sebelah (2016) yang menggambarkan keadaan seseorang keturunan Tionghoa yang seringkali dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan toko keluarga.
Selain itu, ada juga Susah Sinyal (2017) yang memperlihatkan relationship orang tua dan anak yang kurang akur karena orang tua-nya sibuk bekerja, Milly & Mamet (2018) berkisah tentang sepasang suami-istri yang harus merelakan mimpi mereka karena satu dan lain hal, serta Imperfect (2019) yang 'menampar' banyak orang mengenai standar kecantikan dan isu body shaming.
Tidak hanya kritik sosial dalam film yang selalu ditampilkan Ernest Prakasa, namun Ernest juga memiliki ciri khas lain yaitu selalu mengajak komika-komika untuk terlibat dalam film-nya.
Hal ini membuat film Ernest selalu 'hidup', karena chemistry serta kelucuan para komika yang dipilih tidak perlu dipertanyakan lagi. Film-film Ernest juga seringkali tayang di bioskop pada bulan Desember untuk menemani masyarakat Indonesia dalam penutupan tahun.
Dengan berbagai keunikan, ciri khas, serta kesuksesannya inilah, maka Ernest Parakasa layak disebut sebagai seorang auteur karena berhasil menggarap berbagai film dengan luar biasa dan mendapatkan berbagai apresiasi dari banyak pihak.
Sumber Referensi
Stam, R. (2000). Film Theory: An Introduction. UK: Blackwell Publisher.
Darmawan, A.P. (2020, November 18). Biodata Ernest Prakasa dan Daftar Film yang Disutradarainya. Diakses dari tirto.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H