Mohon tunggu...
PK IMM FHUM
PK IMM FHUM Mohon Tunggu... Jurnalis - Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bima

Jika engkau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah (Al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

IMM Kontemporer: Revitalisasi Gerakan, Pelopor Peradaban

3 Juni 2022   20:18 Diperbarui: 3 Juni 2022   20:22 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: IMMawan Anas Arifyn, Ketua Bidang Kader PK IMM FH UM Bima 2022-2023

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kemudian disingkat dengan IMM adalah organisasi gerakan mahasiswa Islam yang menjalankan dakwah amar ma'aruf nahi munkar dengan berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw, dengan bergerak pada beberapa bidang yaitu, Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan. Sehingga lengkap menurut ruang lingkup pergerakannya. Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah representasi Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya, dilihat dari tujuan IMM "Mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah". Sedangkan tujuan Muhammadiyah adalah "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Jelas eksisnya IMM mulai dari dulu, sekarang dan In Syaa Allah sampai nanti adalah untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah. 

Lahirnya IMM bukan tanpa sebab, dalam sejarahnya, IMM lahir pada tanggal 14 Maret 1964 M/29 Syawal 1384 H. Pada kelahirannya, IMM berada pada posisi dimana terjadi banyak pergololakan, baik yang ada di internal Muhammadiyah maupun di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Dijelaskan bahwa ada sebab-sebab fundamental yang menghendaki berdirinya IMM yaitu dibagi dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor yang disebutkan pertama adalah problem yang ada didalam Muhammadiyah, yaitu tidak adanya organisasi otonom (ortom) yang bergerak di amal usaha kampus (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) untuk melakukan dakwah disana, namun beberapa kali diusulkan oleh beberapa tokoh deklarator IMM (sebut Dzasman Alkindi, Rosyad Shaleh, Amien Rais), oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menolak untuk didirikan IMM ini, dengan alasannya adalah karena sudah ada HMI yang menampung mahasiswa Muhammadiyah. Tetapi, muncul pertanyaan "toh apakah tujuan HMI sama dengan tujuan Muhammadiyah?". Dari pertanyaan itu, muncullah inisiatif Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menyepakati didirikannya IMM sebagai Ortom Muhammadiyah. 

Sedangkan pada faktor eksternal, yaitu maraknya problem yang ada dalam negara, sebut, luasnya ekspansi PKI yang saat itu dianggap sebagai virus bangsa, masih adanya praktik keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya (Takhayul, Bid'ah dan Curafat). Jadi, lahirnya IMM bukan atas dasar ingin dibubarkannya HMI oleh Soekarno dan PKI, sebab jika begitu peristiwa lahirnya IMM maka IMM tidak akan ada hari ini, karena HMI tidak jadi dibubarkan, otomatis IMM tidak akan ada. Maka, ekplanasi tentang itu adalah memang dulu ada dua peristiwa yang timbul bersamaan, yaitu ingin dibubarkanya HMI dan didirikannya IMM, namun dua peristiwa tersebut tidak ada keterkaitannya, yang dimana peristiwa itu berbeda tetapi muncul dalam waktu yang bersamaan. 

Pada perkembangannya IMM adalah pelopor gerakan yang berujung pada turunnya rezim 32 tahun (Soeharto), pemimpin negara yang dianggap sebagai pemimpin yang otoriter. Pada kepresidenannya, ada banyak aktivis yang diculik, dibunuh dengan tidak ditinggalkan jejak. Mereka diperlakukan seperti itu, oleh karena melawan otoritarianisme kekuasaan. Namun, dalam gerakan mahasiswa dan masyarakat itu dipelopori oleh IMM yang artinya Pioneer penggerak pada saat itu adalah IMM. Menjadi bukti bahwa dedikasi IMM di negara ini sudah tidak diragukan lagi. Yang jelas mereka saat itu melawan arogansi kekuasaan. 

Trilogi Gerakan IMM Seperti diejawantahkan dimuka bahwa lahirnya IMM adalah dikonsepkan matang-matang oleh para deklarator IMM, pasca kelahirannya, IMM telah banyak berdedikasi untuk Umat dan Bangsa. Melalui Trilogi Gerakannya IMM melakukan gerakan-gerakan pro rakyat yang dalam hal ini memperjuangkan hak-hak rakyat yang dimarginalkan. Dengan tugas itu IMM akan terus memberikan konsep-konsep terbaik, unggul dan mencerahkan untuk Umat dan Bangsa kedepannya. Dalam konstruksi Prof. M. Abdul Halim Sani, melalui tugas intelektual profetik dijelaskan bahwa, ada tiga poin yang menjadi tugas intelektual profetik dengan mentadaburi ayat Al-Qur'an yaitu Q.S. Al-Imran ayat 110 yaitu, tugas Liberasi, Humanisasi dan Transendensi. 

Yang disebutkan pertama adalah tafsiran dari amar ma'ruf yaitu, melakukan gerakan pembebasan atau gerakan untuk membebaskan Umat dari belenggu ketertindasan, kebodohan serta yang dimarginalkan. Kedua adalah tafsiran dari nahi mungkar yaitu, proses untuk memanusiakan manusia. Artinya memberikan pemahaman terhadap manusia yang belum dan bahkan tidak tahu akan eksistensinya di bumi Tuhan (tujuan hidup dan lain sebagainya). Ketiga adalah interpretasi dari tu'minu na billah yaitu, penentu dari dua tugasnya diatas, bahwa tugas itu tidak akan efektif dilaksanakan manakala ia tidak beriman kepada Allah. Ini menjadi dasar dari dua tugas tersebut dimuka, tanpa ia beriman maka tidak akan jelas orientasinya tugasnya. Dalam IMM sendiri dikenal dengan nilai IMM yaitu Trikompetensi Dasar dan Trilogi Gerakan. 

Dalam tulisan akan berbicara tentang yang disebut kedua, yaitu Trilogi Gerakan. Isi dari itu adalah Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan, yang menjadi ruang lingkup gerakannya atau tugas dari Kader IMM. 

Sudah jelas bahwa, melalui Trilogi tersebut kader IMM akan menjadi pedoman tingkah laku, dengan menjunjung tinggi toleransi antar sesamanya. Mengajarkan kader IMM untuk selalu terbuka dengan siapapun disekelilingnya. Nilai Trilogi Gerakan tersebut seyogyanya oleh kader IMM diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Tantangan Yang di Hadapi Saya percaya, disetiap kehidupan tentu problem itu pasti ada, namun saya juga percaya, setiap problem ada instrumen ataupun alternatif untuk keluar dari zona problem itu sendiri, yaitu yang lazim dikatakan sebagai solusi (Alternatif-Solutif). Di bawah ini akan diejawantahkan problem yang menjadi tantangan tersendiri bagi IMM baik yang ada di internalnya maupun yang ada pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

1)Problematik Internal (Konsolidasi dan Ekspansi) 

Telah menjadi angan-angan saja nilai Trilogi Gerakan IMM yang disebutkan dimuka, sebab kurang diaktualisasi oleh kader dalam kehidupannya. Kita akan menemukan sebagian besar kader yang tidak terbuka dengan sesamanya, hanya bergaul dengan sesama kader IMM dan menutup diri dengan non kader IMM. Menjadi pertanyaan besar, kenapa bisa demikian? Padahal IMM tidak mengajarkan kader-kadernya seperti itu. Karena ketika kader bergaul dengan non kader IMM akan dianggap sebagai kader yang tidak lagi ber IMM oleh beberapa oknum yang tidak paham akan posisinya, sehingga berdampak pada degradasinya nilai aktualisasi gerakan kader. Juga disebabkan oleh kecenderungan kader yang fanatik organisasi, menganggap bahwa IMM telah benar dan menganggap yang lainnya tidak benar dengan mempertahankan klaim tersebut secara egoistis. Padahal sejatinya IMM mengklaim kebenaran tetapi dengan rasa toleransi yang artinya tidak menjatuhkan atau memojokkan yang lain. Menerima pendapat yang lain sejatinya adalah dokrinal IMM. Kecenderungan kader terhadap sifat hedonisme juga melahirkan kader-kader yang fobia ilmu pengetahuan (the sciencesphobia), menganggap sepele proses untuk menimba ilmu, membentuk nalar kritis dan sebagainya yang mengakibatkan kurangnya pemahaman kader akan diri sendiri, orang lain serta lingkungan sekitarnya. Tidak hanya itu, IMM juga mengalami degradasi pada segi kolektivitasnya, yaitu kurangnya gerakan kolaboratif, yang sesungguhnya itu adalah representasi dari Trilogi Gerakan IMM itu sendiri. Kolaboratif sejatinya sebuah gerakan untuk membangun koordinasi dan konsolidasi yang dapat menentukan keberlanjutan IMM kedepannya, sebagai bukti riil bahwa IMM tidak hanya berbicara tataran teologi atau ketauhidan, melainkan juga pada aspek sosial kemasyarakatan. Minimnya keterlibatan IMM akan keberadaan Cipayung tentu dapat menimbulkan ketidaksalingpercayaan antar IMM dan OKP lainnya. Baru-baru ini IMM melakukan aksi besar-besaran mulai dari tingkat Cabang sampai Pusat. Dalam aksi itu IMM mengadvokasi problem kenegaraan, yaitu wacana penundaan pemilu, naiknya harga BBM, kelangkaan minyak goreng dan beberapa isu lainnya. Namun, ditingkat Pusat, tidak membicarakan persoalan penundaan pemilu, mereka hanya membawa tuntutan kenaikan harga BBM dan seterusnya. Sedangkan isu sentralnya tidak dibicarakan (sebut penundaan pemilu yang menghendaki amandemen UUD 1945). Kekurangan analisis IMM akan hal demikian sejatinya adalah bentuk degradasi nilai gerakan IMM. Saya pikir, DPP IMM saat itu telah terhegemoni oleh elit politik, sehingga tidak mengadvokasi isu-isu sentral tersebut, padahal IMM menegaskan dirinya dalam Enam Penegasan IMM bahwa amal IMM lillahi ta'ala untuk kepentingan Umat dan Bangsa (poin ke 6). Yang artinya setiap terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan oleh publik, maka wajib bagi IMM untuk terlibat penuh dalam memperjuangkan serta membebaskannya dari belenggu-belenggu yang tidak mementingkan mereka. Saya pikir, itu adalah catatan hitam yang ditorehkan IMM dalam pengabdiannya kepada masyarakat bawah.

 

2)Problematik Eksternal (Dinamika Politik Negara) 

Seperti diejawantahkan di muka bahwa lahirnya IMM adalah dikonsepkan matang-matang oleh para deklarator IMM, pasca kelahirannya, IMM telah banyak berdedikasi untuk Umat dan Bangsa. Hari ini adalah hari dimana banyak sekali jenis problem yang ada di negara ini, baik pada skala regional maupun skala nasional. Dibeberapa hari terakhir, IMM diperhadapkan dengan problem kenegaraan yang mesti dilakukan advokasi oleh IMM, karena sudah menjadi tugasnya untuk membela yang lemah dari belenggu kekuatan yang kuat. Pada skala regional (Kab. & Kota Bima), pada tahun 2021 terjadi banyak problem tentang anak dan perempuan (sebut pelecehan seksual), telah menjadi virus di Bima pada saat itu. Lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak dan perempuan oleh LPA, APH, Orang Tua Wali dan sebagainya, menjadi satu faktor penting maraknya problem tersebut. Tahun 2022, marak juga problem "Panah Misterius", yang menjadi bukti lemahnya pengawasan alat negara yang memiliki wilayah hukum disitu. Persoalan-persoalan demikian seyogyanya diatensi khusus oleh IMM, karena sudah menjadi tugas pokoknya untuk bagaimana melakukan advokasi terkait dengan itu. Sedangkan pada skala nasional, ada beberapa problem di awal tahun 2022, yaitu wacana penundaan pemilu yang menghendaki UUD 1945, kelangkaan minyak goreng, naiknya harga BBM dan sejenisnya. Saya akui, bahwa IMM melakukan aksi besar-besaran terkait dengan itu, namun seperti yang disebutkan di muka bahwa, di tingkat Pusat IMM tidak membicarakan persoalan yang disebutkan pertama, kenapa demikian? Saya tahu persis, sebelum dilakukan demonstrasi besar-besaran tersebut, DPP IMM menghadiri undangan dari Presiden di Istana Negara dan setelah beberapa berlaku, dilakukannya aksi demonstrasi tersebut. Mungkin saja IMM di PP sudah termakan hegemoni yang materialistis. Itu yang menjadi problem IMM hari ini, dimana ia tidak mampu lagi berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Ikatan, Persyarikatan, Umat dan Bangsa. Sudah menjadi tugas pokok daripada IMM untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat tertindas, namun saya pikir itu sudah mulai terkikis nilai-nilainya dalam diri IMM sendiri. Strategi IMM Kedepan IMM dikenal dengan wadahnya para Cendekiawan Berpribadi, sesuai dengan narasi yang ada di lagi Mars IMM, adalah susila cakap, taqwa kepada Tuhan, pewaris tampuk pimpinan umat nanti. Artinya kader IMM adalah kader yang dibutuhkan keberadaanya untuk memperbaiki sesuatu hal dianggap mudharat. Yaitu juga menjadi kader yang diusahakan menjadi pedoman tingkah laku setiap individu disekelilingnya. Bukan persoalan untuk menampakkan kesombongan, tetapi itu adalah tanggungjawab moral setiap kader IMM. Sejatinya untuk mempertahankan itu semua bukan hanya dengan wacana semata. Saya teringat dengan kalimat yang dikampanyekan oleh DPP IMM sekarang, yaitu "Dari Narasi Menuju Aksi", yaitu bukan hanya sebatas menyampaikan lewat mulut saja, melainkan harus berintegritas dalam berkehidupan baik dalam Organisasi, Persyarikatan maupun diluar dari itu. Maka untuk mempertahankan nilai-nilai itu, perlu kemudian IMM memperbaharui bentuk gerakannya dan gerakan itu seyogyanya dijadikan sebagai tugas kader IMM kontemporer, dalam hal ini akan dijelaskan sebagai berikut: 

=Gerakan adaptif, yaitu gerakan yang menghendaki kader IMM untuk bagaimana ia menjalankan proses menyesuaikan diri dengan orang lain disekitarnya. Tidak hanya itu, gerakan ini juga bersifat individualistik, adalah beradaptasi dengan diri sendiri, yaitu dengan belajar menghargai orang lain, membaca baik yang bersifat internal diri maupun diluar dirinya sendiri. Belajar dalam tahapan mengembangkan potensi diri untuk mengasah nalar kritis kader juga adalah bagian dari proses adaptasi. Maka oleh karena demikian, tahap adaptif adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh setiap kader IMM. 

=Gerakan kolaboratif, yaitu gerakan untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi. Disini kader IMM akan diperhadapkan dengan berbagai macam polemik yang menghendaki untuk dilakukan advokasi oleh kader baik yang ada di internalnya maupun pada zona eksternal. Dengan gerakan ini, kader IMM masuk pada tahap untuk bagaimana ia mengumpulkan konsep yang dimana konsep itu akan diterapkan oleh kader. Hematnya, tahap kolaboratif ini adalah tahapan proses yang menyatukan beberapa kelompok yang berbeda, baik beda wilayah administrasi (internal IMM) maupun diluar dari itu (Cipayung Plus). Dengan gerakan ini, saya pikir taring IMM akan lebih tajam dibanding dengan sebelumnya. 

=Gerakan advokatif, adalah gerakan untuk membela serta membebaskan kaum yang dimarginalkan. Dengan gerakan ini, IMM akan menunjukkan taringnya dihadapan publik, tetapi sejatinya nilai implementatif gerakan ini tidak akan berjalan efektif manakala kedua gerakan yang disebutkan di muka tidak diterapkan. Gerakan yang kemudian lazim disebut berada dipuncak ini akan menentukan keberlanjutan IMM kedepannya, sesuai dengan Trilogi Gerakan IMM, bahwa aspek gerakan IMM adalah Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan. Oleh karena itu, gerakan yang disebutkan terakhir akan menentukan bagaimana IMM kedepannya. Dengan hendak dilakukannya revitalisasi gerakan IMM, maka seyogyanya konsep IMM harus dipertahankan untuk bagaimana ia akan menjadi titik tolak apakah IMM masih eksis atau tidak. Mempertahankan nilai tersebut bukanlah sesuatu hal yang mudah, sebab ia membutuhkan kesadaran etis atau oleh Lawrence Kholberg mengonsepkannya dengan "Kesadaran Moralitas". Menjadi pertanyaan yang fundamental adalah kita ber-IMM karena apa, apakah ada kepentingan yang mengesampingkan nilai IMM ataukah bagaimana. Saya pikir, pertanyaan tersebut akan dijawab oleh setiap tindak tanduk personal kader. Harus disadari bahwa IMM sejatinya telah ada dalam diri setiap kader, maka tuntutannya adalah implementasikan nilai yang ada dalam dirimu tersebut, karena itulah yang diharapkan IMM. 

Terakhir, dengan menutup tulisan ini penulis akan memberikan satu kalimat motivasi, yaitu "Tetaplah ber-Fastabiqul Khairat, kapan dan dimana pun kita berada".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun