1)Problematik Internal (Konsolidasi dan Ekspansi)Â
Telah menjadi angan-angan saja nilai Trilogi Gerakan IMM yang disebutkan dimuka, sebab kurang diaktualisasi oleh kader dalam kehidupannya. Kita akan menemukan sebagian besar kader yang tidak terbuka dengan sesamanya, hanya bergaul dengan sesama kader IMM dan menutup diri dengan non kader IMM. Menjadi pertanyaan besar, kenapa bisa demikian? Padahal IMM tidak mengajarkan kader-kadernya seperti itu. Karena ketika kader bergaul dengan non kader IMM akan dianggap sebagai kader yang tidak lagi ber IMM oleh beberapa oknum yang tidak paham akan posisinya, sehingga berdampak pada degradasinya nilai aktualisasi gerakan kader. Juga disebabkan oleh kecenderungan kader yang fanatik organisasi, menganggap bahwa IMM telah benar dan menganggap yang lainnya tidak benar dengan mempertahankan klaim tersebut secara egoistis. Padahal sejatinya IMM mengklaim kebenaran tetapi dengan rasa toleransi yang artinya tidak menjatuhkan atau memojokkan yang lain. Menerima pendapat yang lain sejatinya adalah dokrinal IMM. Kecenderungan kader terhadap sifat hedonisme juga melahirkan kader-kader yang fobia ilmu pengetahuan (the sciencesphobia), menganggap sepele proses untuk menimba ilmu, membentuk nalar kritis dan sebagainya yang mengakibatkan kurangnya pemahaman kader akan diri sendiri, orang lain serta lingkungan sekitarnya. Tidak hanya itu, IMM juga mengalami degradasi pada segi kolektivitasnya, yaitu kurangnya gerakan kolaboratif, yang sesungguhnya itu adalah representasi dari Trilogi Gerakan IMM itu sendiri. Kolaboratif sejatinya sebuah gerakan untuk membangun koordinasi dan konsolidasi yang dapat menentukan keberlanjutan IMM kedepannya, sebagai bukti riil bahwa IMM tidak hanya berbicara tataran teologi atau ketauhidan, melainkan juga pada aspek sosial kemasyarakatan. Minimnya keterlibatan IMM akan keberadaan Cipayung tentu dapat menimbulkan ketidaksalingpercayaan antar IMM dan OKP lainnya. Baru-baru ini IMM melakukan aksi besar-besaran mulai dari tingkat Cabang sampai Pusat. Dalam aksi itu IMM mengadvokasi problem kenegaraan, yaitu wacana penundaan pemilu, naiknya harga BBM, kelangkaan minyak goreng dan beberapa isu lainnya. Namun, ditingkat Pusat, tidak membicarakan persoalan penundaan pemilu, mereka hanya membawa tuntutan kenaikan harga BBM dan seterusnya. Sedangkan isu sentralnya tidak dibicarakan (sebut penundaan pemilu yang menghendaki amandemen UUD 1945). Kekurangan analisis IMM akan hal demikian sejatinya adalah bentuk degradasi nilai gerakan IMM. Saya pikir, DPP IMM saat itu telah terhegemoni oleh elit politik, sehingga tidak mengadvokasi isu-isu sentral tersebut, padahal IMM menegaskan dirinya dalam Enam Penegasan IMM bahwa amal IMM lillahi ta'ala untuk kepentingan Umat dan Bangsa (poin ke 6). Yang artinya setiap terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan oleh publik, maka wajib bagi IMM untuk terlibat penuh dalam memperjuangkan serta membebaskannya dari belenggu-belenggu yang tidak mementingkan mereka. Saya pikir, itu adalah catatan hitam yang ditorehkan IMM dalam pengabdiannya kepada masyarakat bawah.
Â
2)Problematik Eksternal (Dinamika Politik Negara)Â
Seperti diejawantahkan di muka bahwa lahirnya IMM adalah dikonsepkan matang-matang oleh para deklarator IMM, pasca kelahirannya, IMM telah banyak berdedikasi untuk Umat dan Bangsa. Hari ini adalah hari dimana banyak sekali jenis problem yang ada di negara ini, baik pada skala regional maupun skala nasional. Dibeberapa hari terakhir, IMM diperhadapkan dengan problem kenegaraan yang mesti dilakukan advokasi oleh IMM, karena sudah menjadi tugasnya untuk membela yang lemah dari belenggu kekuatan yang kuat. Pada skala regional (Kab. & Kota Bima), pada tahun 2021 terjadi banyak problem tentang anak dan perempuan (sebut pelecehan seksual), telah menjadi virus di Bima pada saat itu. Lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap anak dan perempuan oleh LPA, APH, Orang Tua Wali dan sebagainya, menjadi satu faktor penting maraknya problem tersebut. Tahun 2022, marak juga problem "Panah Misterius", yang menjadi bukti lemahnya pengawasan alat negara yang memiliki wilayah hukum disitu. Persoalan-persoalan demikian seyogyanya diatensi khusus oleh IMM, karena sudah menjadi tugas pokoknya untuk bagaimana melakukan advokasi terkait dengan itu. Sedangkan pada skala nasional, ada beberapa problem di awal tahun 2022, yaitu wacana penundaan pemilu yang menghendaki UUD 1945, kelangkaan minyak goreng, naiknya harga BBM dan sejenisnya. Saya akui, bahwa IMM melakukan aksi besar-besaran terkait dengan itu, namun seperti yang disebutkan di muka bahwa, di tingkat Pusat IMM tidak membicarakan persoalan yang disebutkan pertama, kenapa demikian? Saya tahu persis, sebelum dilakukan demonstrasi besar-besaran tersebut, DPP IMM menghadiri undangan dari Presiden di Istana Negara dan setelah beberapa berlaku, dilakukannya aksi demonstrasi tersebut. Mungkin saja IMM di PP sudah termakan hegemoni yang materialistis. Itu yang menjadi problem IMM hari ini, dimana ia tidak mampu lagi berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Ikatan, Persyarikatan, Umat dan Bangsa. Sudah menjadi tugas pokok daripada IMM untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat tertindas, namun saya pikir itu sudah mulai terkikis nilai-nilainya dalam diri IMM sendiri. Strategi IMM Kedepan IMM dikenal dengan wadahnya para Cendekiawan Berpribadi, sesuai dengan narasi yang ada di lagi Mars IMM, adalah susila cakap, taqwa kepada Tuhan, pewaris tampuk pimpinan umat nanti. Artinya kader IMM adalah kader yang dibutuhkan keberadaanya untuk memperbaiki sesuatu hal dianggap mudharat. Yaitu juga menjadi kader yang diusahakan menjadi pedoman tingkah laku setiap individu disekelilingnya. Bukan persoalan untuk menampakkan kesombongan, tetapi itu adalah tanggungjawab moral setiap kader IMM. Sejatinya untuk mempertahankan itu semua bukan hanya dengan wacana semata. Saya teringat dengan kalimat yang dikampanyekan oleh DPP IMM sekarang, yaitu "Dari Narasi Menuju Aksi", yaitu bukan hanya sebatas menyampaikan lewat mulut saja, melainkan harus berintegritas dalam berkehidupan baik dalam Organisasi, Persyarikatan maupun diluar dari itu. Maka untuk mempertahankan nilai-nilai itu, perlu kemudian IMM memperbaharui bentuk gerakannya dan gerakan itu seyogyanya dijadikan sebagai tugas kader IMM kontemporer, dalam hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:Â
=Gerakan adaptif, yaitu gerakan yang menghendaki kader IMM untuk bagaimana ia menjalankan proses menyesuaikan diri dengan orang lain disekitarnya. Tidak hanya itu, gerakan ini juga bersifat individualistik, adalah beradaptasi dengan diri sendiri, yaitu dengan belajar menghargai orang lain, membaca baik yang bersifat internal diri maupun diluar dirinya sendiri. Belajar dalam tahapan mengembangkan potensi diri untuk mengasah nalar kritis kader juga adalah bagian dari proses adaptasi. Maka oleh karena demikian, tahap adaptif adalah langkah awal yang harus dilakukan oleh setiap kader IMM.Â
=Gerakan kolaboratif, yaitu gerakan untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi. Disini kader IMM akan diperhadapkan dengan berbagai macam polemik yang menghendaki untuk dilakukan advokasi oleh kader baik yang ada di internalnya maupun pada zona eksternal. Dengan gerakan ini, kader IMM masuk pada tahap untuk bagaimana ia mengumpulkan konsep yang dimana konsep itu akan diterapkan oleh kader. Hematnya, tahap kolaboratif ini adalah tahapan proses yang menyatukan beberapa kelompok yang berbeda, baik beda wilayah administrasi (internal IMM) maupun diluar dari itu (Cipayung Plus). Dengan gerakan ini, saya pikir taring IMM akan lebih tajam dibanding dengan sebelumnya.Â
=Gerakan advokatif, adalah gerakan untuk membela serta membebaskan kaum yang dimarginalkan. Dengan gerakan ini, IMM akan menunjukkan taringnya dihadapan publik, tetapi sejatinya nilai implementatif gerakan ini tidak akan berjalan efektif manakala kedua gerakan yang disebutkan di muka tidak diterapkan. Gerakan yang kemudian lazim disebut berada dipuncak ini akan menentukan keberlanjutan IMM kedepannya, sesuai dengan Trilogi Gerakan IMM, bahwa aspek gerakan IMM adalah Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan. Oleh karena itu, gerakan yang disebutkan terakhir akan menentukan bagaimana IMM kedepannya. Dengan hendak dilakukannya revitalisasi gerakan IMM, maka seyogyanya konsep IMM harus dipertahankan untuk bagaimana ia akan menjadi titik tolak apakah IMM masih eksis atau tidak. Mempertahankan nilai tersebut bukanlah sesuatu hal yang mudah, sebab ia membutuhkan kesadaran etis atau oleh Lawrence Kholberg mengonsepkannya dengan "Kesadaran Moralitas". Menjadi pertanyaan yang fundamental adalah kita ber-IMM karena apa, apakah ada kepentingan yang mengesampingkan nilai IMM ataukah bagaimana. Saya pikir, pertanyaan tersebut akan dijawab oleh setiap tindak tanduk personal kader. Harus disadari bahwa IMM sejatinya telah ada dalam diri setiap kader, maka tuntutannya adalah implementasikan nilai yang ada dalam dirimu tersebut, karena itulah yang diharapkan IMM.Â
Terakhir, dengan menutup tulisan ini penulis akan memberikan satu kalimat motivasi, yaitu "Tetaplah ber-Fastabiqul Khairat, kapan dan dimana pun kita berada".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H