Siapa berani menumpukan salah dan dosa pada asmara
Walau kerap tertuduh penyebab derita
Sejatinya terbentuk semisal mutiara
Tak menyampaikan kisah kasih yang serta merta.
Wahai, rasa sayang yang tak mengenal musim
di ceruk-ceruk hati ia sudi bermukim
Hujan bukan jejadian mutlak pengundangÂ
Kemarau tak pastikan renjana berdendang.
Tidak tresna mengenal kuasa hari
Hasrat selalui lebih asyik menari
Pengorbanan akan tak tega ditentang
Semisal panggilan kicau merdu kepodang.
Sang amor jarang mengenal jam
Namun usah dituduh kejam
Sungguh ia pembahana genta bahagia
Yang tak gentar ubah renta.
Oh, kama nan tak mengenal menit
akibat dijalari sifatnya yang genit.
Kau pikir ia tergapai detik?
Salah-salah 'kan terbakar api kama yang terpantik!