Semua merupakan bentuk intervensi Tuhan. Tiada bangsa yang merdeka tanpa kehendak Tuhan, maka dari itu juga tidak seharsunya tiap individu mencampuri urusan kepercayaan dan agama individu lainnya. Sebab kepercayaan adalah urusan pribadi individu dengan Tuhannya.
Di saat kondisi bangsa kita lemah karena pandemi global Covid-19 seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua bahwa negara tidak akan mampu mengatasi wabah ini sendirian, sebab segala sesuatunya kita harus meminta pertongan dan penyertaan Tuhan yang kuasa dalam memberikan kekuatan dan anugerrahmya agar kita dimampukan melewati wabah covid-19 ini. Kita "hanya" perlu mengakui dan melindungi Hak setiap orang untuk percaya dan meyakini sesuatu.
Sudah saat nya kita mengakhiri siklus intoleran dibumi pancasila ini. Intoleransi layaknya virus yang bisa menyerang siapapun dengan tautan utama berkaitan dengan relasi mayoritas dan minoritas.
Perlu diketahui, bahwa sepanjang sejarah peradapan manusia di dunia kerukunan antar umat beragama merupakan penyumbang terbesar bagi terciptanya perdamaian di muka bumi.
Toleransi bukan sebatas bunyi-bunyian tanpa kesadaran bahwa kita telah diijikan Tuhan untuk bersatu. Seharusnya kita sadar bahwa penyebab konflik atau pergesekan agama karena faktor warga negara dan pemerintah yang memang belum menerapkan dengan baik prinsip penghormatan dan pengakuan perbedaan agama yang menunjukkan atribusi internal.Â
Pengakuan faktor penyebab internal akan membuat kita lebih mudah melakukan refleksi dan perubahan perilaku. Dengan adanya penghormatan dan pengakuan terhadap perbedaan agama maka vulnerability (kerentanan) juga akan berkurang, pun tidak hanya untuk melindungi agama dan kepercayaan mereka. Jauh daripada itu untuk melindungi nilai kemanusiaan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H