Jadi, apakah benar ungkapan "sekali selingkuh, bakal selingkuh lagi"? Tidak selalu. Setiap individu memiliki potensi untuk belajar dari pengalaman mereka, tumbuh, dan mengubah perilaku mereka. Meskipun ada kecenderungan bagi beberapa orang untuk mengulang perilaku perselingkuhan, tidak ada yang benar-benar ditakdirkan untuk selalu berselingkuh. Setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan membangun hubungan yang jujur dan setia.
Masyarakat kita sering kali menganggap perselingkuhan sebagai hal yang tabu dan tidak diterima. Namun, penting untuk melihat persoalan ini dengan pemahaman yang lebih luas. Budaya, norma, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk sikap kita terhadap perselingkuhan. Namun, sebagai anak muda yang terbuka dan kritis, kita perlu menggali lebih dalam untuk memahami kompleksitas individu dan hubungan manusia.
Dalam menghadapi isu perselingkuhan, penting untuk memperhatikan pendekatan yang holistik dan empati. Kita perlu mendorong komunikasi terbuka, kejujuran, dan pemahaman dalam hubungan kita. Bukan hanya sekadar menyalahkan atau menghakimi, tapi juga mencoba memahami alasan di balik perilaku tersebut. Dengan cara ini, kita dapat membangun budaya yang lebih inklusif, mendukung pertumbuhan pribadi, dan mempromosikan hubungan yang sehat.
Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi konsep "sekali selingkuh, bakal selingkuh lagi" dengan pendekatan psikologis. Meskipun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berselingkuh, tidak ada yang ditakdirkan untuk selalu melakukan perselingkuhan. Setiap individu memiliki kebebasan dan tanggung jawab atas pilihan mereka. Dalam menghadapi isu perselingkuhan, kita perlu memahami kompleksitas individu dan hubungan manusia serta membangun budaya yang inklusif dan mendukung. Ingatlah, setia itu pilihan, dan kita semua memiliki kemampuan untuk memilih dan bertanggung jawab atas tindakan kita.
Referensi:
- Glass, S. (2003). Not 'Just Friends': Rebuilding Trust and Recovering Your Sanity After Infidelity. Free Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI