Mohon tunggu...
Pietro Netti
Pietro Netti Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pribadi Independen, Penghuni Rumah IDE, KARYA & KREASI. Kupang-Nusa Tenggara Timur. \r\n\r\nhttp://pietronetti.blogspot.com, \r\nhttp://rumahmuger.blogspot.com.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sakitnya Tuh di Sini, di Gigi Ini!

16 Oktober 2015   03:01 Diperbarui: 16 Oktober 2015   03:22 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Lagi-lagi nasi sudah menjadi bubur, mau diapakan lagi? Buburnya harus ditelan. Toh, bubur juga baik untuk mereka yang tidak bergigi geraham, tidak perlu bersusah payah untuk mengunyah dan mengunyah. Hehe…!”

Penggunaan obat “K” sudah tidak mungkin dilakukan, karena masalah bukan lagi pada gigi yang berlubang, tapi pada akar-akar gigi yang masih tertinggal di gusi. Sebenarnya, jika mau, bisa saja kuoleskan obat “K” tersebut di permukaan gusi, tapi untuk menjaga agar gigi-gigi lain tidak ikut punah maka obat “K” ditendang keluar dari pikiranku. Resep-resep lain pun kucoba termasuk resep tradisional, mulai dari berkumur alkohol, obat kumur (tidak perlu disebut merknya karena memang lupa namanya), air hangat dicampur garam, ramuan dengan bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lainnya yang disebut-sebut dapat menghilangkan rasa sakit pada gigi, dan akhirnya berkunjung ke dokter. Hasilnyapun lagi-lagi sama.

“Aku tak sanggup lagi….menerima derita ini…. Aku tak sanggup lagi….menerima semuanya……!! Lebih baik sakit hati….dari pada sakit gigi ini….. Aku tak mengapa… Rela, rela… Aku rela, relakan…! Rela, rela… Aku rela, relakan…!”  

Itulah penggalan-penggalan syair lagu (tak peduli lagu pop atau dangdut) yang selalu terngiang di telinga di kala sakit menyerang. Rasa sakit yang kualami berlangsung hanya dalam waktu-waktu tertentu. Malam (mulai sekitar jam 22.00-05.00 pagi) adalah masa-masa penderitaan yang harus kutanggung sendiri; ……kumau tak seorang kan merayu//tidak juga kau…… (penggalan Sajak “Aku”-Chairil Anwar). Siang (mulai dari pagi 05.00-22.00 malam) adalah masa-masa bahagiaku, seolah tak ada masalah sedikitpun yang terjadi dengan gigiku. Begitu seterusnya hingga dua bulan lamanya. Bisa dibayangkan, dua bulan bukanlah waktu yang singkat untuk bisa bertahan dalam penderitaan dan nestapa. 

Dalam kurun waktu dua bulan tersebut, banyak perkara yang kusimpan dalam hidup dan yang terjadi berhubungan dengan sikap ketidakmampuanku menghadapi rasa sakit yang terus menerpa. Sebagai manusia ber-Tuhan, doa selalu kupanjatkan di saat beban yang sangat berat terus menghimpit gerahamku. Sebagai manusia lemah, caci-maki dan umpatan pun turut mengiringi penderitaan yang kualami. 

Itulah manusia yang memiliki dua sisi kehidupan sekaligus; sisi terang dan sisi gelap yang saling berhimpitan. Kekuatan dari Tuhan selalu diharapkan oleh setiap anak-anak terang untuk mampu menjalani semua kepahitan/kesesakan hidup termasuk yang terjadi dengan gerahamku. Namun rasa putus asa, menyerah dan tak berdaya pun turut membayangi di kala beban yang dipikul di gerahamku begitu beratnya. Percaya atau tidak, kejadian ini menghadirkan sebuah fakta unik dari sisi kemanusiaanku. Doa disambung dengan caci-maki/umpatan, dan sebaliknya caci-maki/umpatan digandeng dengan doa dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh. Kuyakin hal ini sia-sia di hadapan Tuhan, tapi itulah yang terjadi.

“Ampunilah hamba-Mu, ya Tuhan-ku!”

Penderitaanku berakhir ketika tanpa sengaja (alias cuma iseng-iseng) kucoba melakukan resep yang sebenarnya sudah kutemukan saat “browsing” di awal-awal bulan pertama saat rasa sakit mulai membombardir. Namun karena sebegitu banyaknya ramuan yang telah kucoba satu per satu tidak juga membuahkan hasil, maka kutinggalkan begitu saja ramuan atau tip yang sebenarnya sangat ampuh ini. Soalnya, resep atau ramuan ini tidak menggunakan rempah-rempah apa pun, sehingga dalam pikiranku mana mungkin bisa memiliki khasiat(?). Penyesalan sempat datang: “Kenapa tidak tidak dilakukan sejak awal?” Kalau saja dilakukan sejak awal maka penderitaan akibat rasa sakit yang menjerumuskan pada kejadian-kejadian yang sia-sia (penuh dosa) tidak perlu terjadi.

“Ampunilah hamba-Mu, ya Tuhan-ku!”

Resep Pertama yang kuterapkan cukup ampuh, setidaknya bisa membuatku lega dari rasa sakit untuk beberapa puluh menit bahkan bisa sampai satu/dua jam.

“Terima kasih, Tuhan, atas resep yang telah kusia-siakan sejak awal!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun