Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Homo Deus

16 Januari 2021   06:46 Diperbarui: 18 Januari 2021   07:05 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pieter Sanga Lewar

Homo deus itu berjalan menuju matahari

setelah hampir tenggelam dalam kutukan air bah,

yang memusnahkan segala yang hidup,

segala yang bernyawa di kolong langit

Ia manfaatkan ruang dan waktu yang ada

bertengger di atas atap bahtera Nuh

selama seratus lima puluh hari air menguasai bumi

untuk memperpanjang napasnya yang tersengal

akibat  berhala kejahatan manusia

Homo deus itu mengejar waktu menuju matahari

setelah Sodom dan Gomora dihancurkan

dengan hujan belerang dan api

akibat rupa-rupa kejahatan manusia

Ia manfaatkan ruang dan waktu yang tersisa

menyelinapkan bayangan raganya

di antara anggota keluarga Lot

ketika istri Lot menjadi tiang garam

akibat bernafsu tetap menoleh

Homo deus itu terus berjalan menuju matahari

setelah sepuluh tulah merongrong Mesir

air darah,

keriap katak,

nyamuk pengisap darah,

lalat penyebar penyakit,

sampar, 

gelembung barah,

hujan es,

serangan belalang,

dunia gelap gulita,

dan terbunuh anak laki-laki sulung

Ia manfaatkan ruang dan waktu yang sempit

melarikan raganya bermandikan lumpur

di antara kerumunan sanak sesukunya Musa

untuk merengkuh jalan penyelamatan diri

Homo deus itu tetap berjalan menuju matahari

setelah hampir terbunuh oleh kutu yersinia pestis

Maut Hitam kekuatan iblis yang mengerikan

yang membunuh dua ratus juta jiwa Eurasia

Ia manfaatkan sedikit ruang dan waktu

bertindak impulsif melindungi diri

dari kepungan bakteri dan virus

dalam ketakberdayaan doa dan prosesi ritual

Homo deus itu bersemangat berjalan menuju matahari

setelah lepas dari jeratan kelaparan dahsyat di Perancis,

orang kaya gila-gilaan mematok harga,

orang miskin mati berbondong-bondong,

kelaparan membunuh lima belas persen populasi Perancis

Ia manfaatkan secuil ruang dan waktu

mengais repih-repih dari meja Louis XIV

sambil menghibur diri dengan puasa keagamaan,

dengan menangis berkeluh kesah kepada Tuhannya

Homo deus itu  berjalan agak cepat menuju matahari

setelah bebas dari gempuran radiasi,

anak emas bom atom Hirosima dan Nagasaki,

menyerakkan ribuan manusia tergeletak tak bernyawa,

mereka adalah sebuah kumpulan tanpa wajah

Ia manfaatkan ruang dan waktu yang tersisa

membersihkan  diri dari radiasi egosime

yang memuja kuasa  kekerasan,

yang menguduskan ritus ketamakan,

yang mengagungkan kilauan berlian

Homo deus itu berhenti  berjalan menuju matahari

setelah matahari tiba-tiba menghilang dari Indonesia

kegelapan membutakan matanya

Ia tersungkur tak berkuatan tegak,

tragedi membunuh ambisinya mencapai matahari

Bangunan, bukit, dan gunung runtuh seketika

menimbunnya bersama ribuan saudara sebangsanya

Ia tak lagi memiliki ruang dan waktu

untuk bersoal jawab tentang kehidupan,

untuk mengulurkan jerat kematian

Hidup dan mati adalah nasib eksistensinya

Surga atau neraka bukan lagi pilihan bebasnya

                                                                                             Jumat, 15 Januari 2021

Catatan:

Konteks kelaparan, penyakit,

perang, dan  bencana 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun