Mohon tunggu...
Piere Bremana
Piere Bremana Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa yang memliki karateristik yang rasa ingin tau tinggi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Penangan Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Lingkungan

18 Juli 2024   19:56 Diperbarui: 18 Juli 2024   20:24 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4), mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Pengamatan temperatur global sejak abad 19 menunjukkan adanya perubahan rata-rata temperatur yang menjadi indikator adanya perubahan iklim. Perubahan temperatur global ini ditunjukkan dengan naiknya rata-rata temperatur hingga 0.740 C antara tahun 1906 hingga tahun 2005. Temperatur rata-rata global ini diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1.8-4.00 C di abad sekarang ini, dan bahkan menurut kajian lain dalam IPCC diproyeksikan berkisar antara 1.1- 6.40 C.

Dua peristiwa utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah adalah peningkatan curah hujan dan peningkatan muka laut sebagai akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global dan peningkatan gas rumah kaca, terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Perubahan rata-rata suhu global sejak abad ke -19 menunjukkan adanya perubahan iklim, seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan rata-rata sebesar 0,740 C dari tahun 1906 hingga tahun 2005. 

Suhu rata-rata global diproyeksikan akan terus meningkat sekitar 1,8 hingga 4,0 C pada abad ini, dan bahkan menurut penelitian lain yang dilakukan oleh IPCC , perkiraannya akan mencapai 1,8 hingga 4,0 C. Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable  Development  Goal (TPB/SDGs) saat ini telah memasuki tahun 6. TPB/SDGs telah diubah menjadi Agenda Global 2030 setelah sebelumnya pada September 2015 di Sidang Umum PBB oleh 159 kepala negara. Sejak itu, seluruh negara di dunia telah melaksanakannya.  TPB/SDGs memiliki 17 tujuan dan 169 target yang akan dicapai dari tahun 2015 hingga 2030.  

Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam berbagai forum internasional dalam merumuskan SDGs tersebut . Selain itu, Indonesia menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 dan 2020-2024, yang merupakan penjabaran Nawacita sebagai Visi dan Misi Presiden.  Upaya pemerintah untuk melaksanakan penyusunan RAN dan RAD sesuai dengan periode pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap TPB/SDGs.

Dan berdasarkan paradigma pembangunan SDGs telah memasukkan nilai ekonomi, sosial, dan ekologi, serta berkaitan dengan tiga aspek (ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik), seharusnya paradigma pembangunan SDGs juga memasukkan parameter atau variabel perubahan iklim. Meskipun perubahan iklim adalah proses fisik, pemahaman sosial ekonomi juga penting. Fenomena perubahan iklim yang tiba-tiba dapat merusak hasil yang telah dicapai dan menghambat tujuan pembangunan. Dari 17 tujuan SDG, 12 berfokus pada iklim , energi, kehutanan, ketahanan pangan, dan pendidikan. Sebuah laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan dan mencatat bahwa masyarakat yang paling miskin adalah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. 

Jika tidak ada pembangunan yang inklusif dan cepat yang mengintegrasikan tindakan terkait perubahan iklim, diperkirakan pada tahun 2030 lebih dari 100 juta. Oleh karana itu pemilihan lokasi penelitian di daerah Sumatra utara Kabupaten Deliserdang kecamatan Kutalimbaru Desa Tanduk benua merupakan salah faktor yang harus di perhatiakan perkembangannya karena di daerah tersebut terjadi pembangunan jalan lintas/Jalan alternatif antara Kabupaten Deliserdang dengan Kabupaten Karo yang merupakan memiliki pontensial perkembangan yang inklunsif yang memicu terjadinya perubahan iklim karena aktivatas manusia yang tinggi dan seperti yang diketahui daerah Sumatra utara Kabupaten Deliserdang Kecamatan Kulatimbaru Desa Tanduk benua memiliki kondisi lingkungan yang masih tergolong memiliki hutan yang masih asri dan aman dari pemicu perubahan iklim karena di daerah Desa Tanduk benua merupakan Desa yang masih fase perkembangan dan memliki  potensial menjadi Desa yang maju dikarenakan adanya pembangunan jalan lintas Sumatra utara anatara Kabupaten Deliserdang dengan Kabupaten Karo yang dimana jalan lintas merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan untung pembangunan. 

Oleh karena itu, desa tanduk benua mesti diperhatikan dan diperiksa untuk memastikan apakah pembangunannya memperhatikan lingkungan atau sebaliknya merupakan pembangunan yang tidak berkelanjutan jika pembangunan tersebut memperhatikan bagaimana proses pembangunan tersebut. Dan melihat apa peran pemerintah,masayarakat dan oknum-oknum lainya dalam melakukan pembanagunan yang berkalanjutan. Apakah memiliki inovasi baru yang bisa di terapkan di daerah lain.

Selain itu, pengaruhnya terhadap lingkungan akibat perubahan iklim adalah topik utama. Setelah melihat bagaimana mengimplementasikannya Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca jangka panjang yang terjadi di seluruh dunia dan berdampak pada berbagai sektor, termasuk kualitas hidup manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Penyebab utama perubahan iklim adalah perubahan total masukan dan keluaran energi di permukaan bumi. Akibatnya, temuan penelitian literatur tentang bagaimana terorisme mempengaruhi perubahan iklim disajikan di bawah ini.dan jika berbalik bagaimana cara Implementasi SDG dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Dampaknya Karena paradigma pembangunan SDGs telah memasukkan nilai ekonomi, sosial, dan ekologi, serta berkaitan dengan tiga aspek (ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik), seharusnya paradigma pembangunan SDGs juga memasukkan parameter atau variabel perubahan iklim. Meskipun perubahan iklim adalah proses fisik, pemahaman sosial ekonomi juga penting. Fenomena perubahan iklim yang tiba-tiba dapat merusak hasil yang telah dicapai dan menghambat tujuan pembangunan. Dari 17 tujuan SDG, 12 berfokus pada iklim , energi, kehutanan, ketahanan pangan, dan pendidikan. 

Sebuah laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan dan mencatat bahwa masyarakat yang paling miskin adalah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Jika tidak ada pembangunan yang inklusif dan cepat yang mengintegrasikan tindakan terkait perubahan iklim, diperkirakan pada tahun 2030 lebih dari 100 juta orang akan berada di bawah garis kemiskinan. Demikian pula, analisis UNDP menunjukkan bahwa pendapatan akan turun dan peluang akan berkurang pada populasi rentan jika tidak ada tindakan terhadap perubahan iklim.

Besarnya dampak perubahan iklim terhadap berbagai bidang telah membuat masalah perubahan iklim menjadi masalah yang membutuhkan tindakan cepat . Kesepakatan Paris adalah tonggak sejarah dalam perjuangan memerangi perubahan iklim dan mendorong investasi. Untuk mengatasi kekurangan rencana yang Dale (2011), berfokus pada sosial, membuat daftar indikator ketahanan yang terdiri dari empat kategori: kelayakan ekonomi, pengetahuan, aspirasi, dan kemampuan masyarakat, vitalitas komunitas, dan tata kelola. 

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Dua pendekatan berbeda untuk menangani perubahan iklim adalah "mitigasi" dan "adaptasi". Mitigasi berkaitan dengan penyebab perubahan iklim dan berusaha untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh manusia terhadap sistem iklim. Sebaliknya, adaptasi melibatkan melakukan perubahan untuk mempersiapkan dan meniadakan dampak perubahan iklim, sehingga mengurangi kerentanan masyarakat dan ekosistem. 

Masyarakat, bisnis, dan organisasi dapat mengatasi dampak perubahan iklim dengan beradaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Tindakan untuk mengurangi aktivitas yang menyebabkan perubahan iklim disebut mitigasi. Pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan peternakan adalah semua kegiatan yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Untuk mengurangi emisi GRK atau menghapusnya dari atmosfer melalui penanaman hutan atau penyimpanan karbon di bawah dan di dalam tanah, misalnya, individu dan organisasi dapat mengurangi perubahan iklim.

dan Adaptasi dapat terjadi sebelum atau sebagai respons terhadap peristiwa tertentu; ini juga dikenal sebagai tindakan yang diambil untuk mengatasi tantangan baru atau perubahan lingkungan dan mengurangi kerentanan sistem manusia terhadap dampak perubahan iklim. Ini termasuk perubahan melalui perencanaan iklim dan juga reaksi independen dari individu dan badan publik. Tindakan berikut diperlukan untuk membantu respon adaptasi:,Upaya untuk memantau dan mengkomunikasikan tentang iklim. Hal ini penting untuk meyakinkan pelaku ekonomi bahwa prediksi perubahan iklim adalah nyata dan bahwa tindakan antisipasi diperlukan.,

Kebijakan yang mendukung penelitian, industri, jaringan regional, analisis sistem, dan kapasitas penyuluhan. Hal ini diperlukan bagi manajer pengambil keputusan untuk memiliki pemahaman serta kemampuan strategis dan teknis untuk melindungi bisnis mereka,Investasi dalam strategi teknis atau manajemen baru. Ini diperlukan untuk memungkinkan pilihan teknis yang diperlukan untuk menanggapi perubahan jika pilihan teknis saat ini tidak mencukupi. Ini termasuk peningkatan pertanian plasma nutfah, penghijauan, peternakan, perikanan, dan perikanan,Pelatihan untuk posisi baru yang berhubungan dengan penggunaan.

  • Di Desa Tanduk Benua, berbagai dampak perubahan iklim telah teridentifikasi melalui studi lapangan, termasuk:

  • Perubahan Pola Curah Hujan
  •             Fluktuasi curah hujan yang tidak stabil dapat menyebabkan periode kekeringan yang panjang diikuti oleh hujan intensitas tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan masalah serius seperti kekeringan yang merusak pertanian dan sumber daya air, serta banjir yang cepat dan tanah longsor saat hujan intensitas tinggi terjadi. Ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dan stabilitas ekonomi.

  • Kenaikan Suhu
  •             Peningkatan suhu rata-rata memiliki dampak yang luas, termasuk terganggunya keseimbangan ekosistem lokal. Perubahan suhu dapat mempengaruhi kehidupan tanaman, hewan, dan organisme lainnya yang bergantung pada iklim setempat. Misalnya, spesies tertentu mungkin terancam punah karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan suhu yang lebih tinggi.
  • Kerentanan terhadap Bencana

  •             Meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir dan tanah longsor disebabkan oleh curah hujan ekstrem. Hal ini dapat mengancam infrastruktur, pemukiman penduduk, dan keselamatan manusia secara keseluruhan. Tingkat kerentanan terhadap bencana alam juga dapat meningkat karena kondisi tanah yang longgar akibat curah hujan yang tidak terduga.

  • Kesehatan Masyarakat
  •             Perubahan lingkungan dan iklim dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Contohnya adalah peningkatan jumlah vektor penyakit seperti nyamuk atau tikus akibat perubahan suhu dan pola curah hujan. Hal ini dapat mengakibatkan penyebaran penyakit menular seperti malaria atau demam dengue, yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat.
  • Secara keseluruhan, perubahan iklim membawa dampak yang kompleks dan serius bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Upaya mitigasi dan adaptasi yang efektif sangat penting untuk mengurangi risiko dan mempersiapkan masyarakat menghadapi tantangan ini di masa depan.

  • Upaya Mitigasi
  •             Upaya mitigasi perubahan iklim yang Anda sebutkan memang memiliki peran yang penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meminimalkan dampak negatifnya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai setiap upaya tersebut:
  • Penggunaan Energi Terbarukan
  •             Menggantikan sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin merupakan langkah kunci dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi. Energi terbarukan tidak hanya bersih (tidak menghasilkan emisi langsung saat digunakan), tetapi juga berkelanjutan karena menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
  • Pengelolaan Hutan
  •             Praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan, seperti penghutanan yang seimbang dan restorasi hutan, dapat membantu dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Hutan yang sehat dan terjaga berfungsi sebagai penyerap karbon alami, yang membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
  • Promosi Pertanian Berkelanjutan
  •             Penggunaan teknik pertanian organik dan praktik berkelanjutan tidak hanya membantu dalam mengurangi jejak karbon dari sektor pertanian (misalnya, dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis), tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan. Pertanian berkelanjutan mendorong praktik yang lebih ramah lingkungan dan lebih efisien dalam pemanfaatan sumber daya alam.

  • Upaya-upaya ini tidak hanya berfokus pada mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan. Langkah-langkah ini perlu didukung oleh kebijakan yang memadai, investasi dalam teknologi hijau, dan kesadaran masyarakat yang meningkat mengenai pentingnya perlindungan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.

  • Adaptasi dan Ketahanan Lingkungan
  •             Adaptasi perubahan iklim adalah strategi untuk membangun ketahanan terhadap dampak yang sudah terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi akibat perubahan iklim. Berikut adalah beberapa contoh adaptasi dan ketahanan lingkungan yang penting:

  • Infrastruktur Adaptasi
  •             Pembangunan infrastruktur yang dirancang untuk menanggulangi dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi. Contohnya termasuk pembangunan tanggul banjir yang kuat, sistem drainase yang efisien, dan bangunan yang dirancang untuk tahan gempa. Infrastruktur ini membantu melindungi pemukiman penduduk, aset vital, dan infrastruktur ekonomi dari risiko bencana yang meningkat akibat perubahan iklim.

  • Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
  •             Program edukasi dan kampanye kesadaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim, dampaknya, serta langkah-langkah adaptasi yang dapat diambil. Hal ini termasuk mengajarkan praktik-praktik ramah lingkungan seperti penghematan energi, pengurangan limbah, dan penggunaan air yang bijaksana. Kesadaran masyarakat yang tinggi penting untuk mendukung implementasi kebijakan dan praktik adaptasi yang efektif.

  • Pengembangan Kapasitas Lokal
  •             Pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk memperkuat kemampuan masyarakat lokal dalam menghadapi perubahan iklim. Ini mencakup pelatihan dalam manajemen bencana, teknik pertanian yang tahan iklim, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Dengan meningkatkan kapasitas lokal, masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, termasuk mengelola risiko bencana alam yang lebih sering terjadi.

  • Adaptasi dan ketahanan lingkungan membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi. Keterlibatan semua pihak ini penting untuk menciptakan strategi yang efektif dalam menghadapi kompleksitas perubahan iklim yang terus berkembang.

  • Tantangan dan Solusi Lokal
  •             Di Desa Tanduk Benua, tantangan dalam menghadapi perubahan iklim seperti keterbatasan sumber daya dan akses terhadap teknologi hijau dapat diatasi dengan solusi lokal yang melibatkan kolaborasi aktif antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dipertimbangkan:

  • Kebijakan Publik
  •             Pengembangan kebijakan yang mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sangat penting. Pemerintah daerah dapat merancang kebijakan yang mendorong penggunaan energi terbarukan, praktik pertanian berkelanjutan, dan pembangunan infrastruktur tahan bencana. Selain itu, penting untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip lingkungan dalam setiap aspek pembangunan lokal, seperti perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya alam.

  • Partisipasi Masyarakat
  •             Inisiatif partisipatif memungkinkan masyarakat lokal untuk terlibat aktif dalam menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan potensi yang dimiliki. Hal ini dapat mencakup pengumpulan data lokal mengenai kondisi lingkungan, dampak perubahan iklim, serta kesiapan dan kapasitas lokal dalam menghadapi bencana. Data ini penting untuk merancang kebijakan yang berbasis bukti dan solusi yang berkelanjutan.

  • Kolaborasi antara Pemerintah, Masyarakat, dan Sektor Swasta
  •             Sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan efektif. Pemerintah dapat memfasilitasi kerja sama ini melalui pembentukan forum dialog multi-pihak, seperti dewan perubahan iklim lokal atau kelompok kerja untuk pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh, sektor swasta dapat membantu dalam penyediaan teknologi hijau dan investasi dalam proyek-proyek infrastruktur yang ramah lingkungan.

  • Melalui pendekatan ini, Desa Tanduk Benua dapat membangun ketahanan terhadap perubahan iklim dengan cara yang berkelanjutan dan inklusif. Kolaborasi aktif antara berbagai pihak akan memungkinkan implementasi solusi yang sesuai dengan konteks lokal dan mampu memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.

  •     Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak perubahan iklim dan upaya mitigasi serta adaptasi yang relevan di Desa Tanduk Benua. Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa dampak perubahan iklim, desa tanduk benua menghadapi tantangan serius terkait perubahan iklim, termasuk fluktuasi pola curah hujan yang tidak stabil dan peningkatan suhu yang mempengaruhi ekosistem lokal serta kesehatan masyarakat. 

  • Upaya mitigasi, langkah-langkah mitigasi seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan promosi pertanian berkelanjutan telah diidentifikasi sebagai strategi efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempertahankan keseimbangan ekosistem. Adaptasi dan ketahanan, adopsi infrastruktur adaptasi, pendidikan masyarakat, dan pengembangan kapasitas lokal merupakan langkah penting dalam membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, seperti bencana alam yang semakin sering terjadi. Kesimpulan ini menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan yang memerlukan respons yang komprehensif dan kolaboratif dari semua pihak terkait di Desa Tanduk Benua.

  • Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran dan harapan dapat diajukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dalam menanggapi perubahan iklim di tingkat lokal:

  • Perluasan Kebijakan Publik
  • Pemerintah daerah diharapkan untuk mengembangkan kebijakan yang lebih progresif dan inklusif dalam mendukung inisiatif mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Ini termasuk incentivisasi untuk teknologi hijau, perlindungan hutan, dan pemulihan ekosistem terdegradasi.

  • Penguatan Partisipasi Masyarakat
  • Melalui pendekatan partisipatif, diharapkan masyarakat Desa Tanduk Benua dapat lebih terlibat dalam merancang dan melaksanakan program-program adaptasi yang relevan dengan kebutuhan lokal dan potensi yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun