Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Benarkah Investasi BP Jamsostek Bermasalah?

29 Januari 2021   10:43 Diperbarui: 10 Maret 2021   16:56 8205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Laporan Tahunan BP Jamsostek 2018

Tabel 3. Investasi BP Jamsostek di Saham 2018

sumber: Laporan Tahunan BP Jamsostek 2018
sumber: Laporan Tahunan BP Jamsostek 2018
Diversifikasi portofolio saham juga sangat proporsional dengan dinamika indeks LQ45. Saham dengan kapitalisasi terbesar pun, seperti ASII dan TLKM alokasi investasi hanya 3,3% portofolio dalam kepemilikan langsung saham. Diversifikasi yang sama berlaku di reksa dana indeks (sesuai porsi di indeks) dan reksa dana biasa (maksimum kepemilikan 10% per emiten).

Sedangkan saham-saham yang dimiliki Jiwasraya umumnya saham-saham kapitalisasi kecil yang tidak likuid dengan kinerja bisnis yang jelek (banyak merugi). Misal: ARTI, ENRG, LCGP (Rp118 miliar), MTFN (Rp58 miliar), MYRX, PADI (Rp42miliar), RIMO, SUGI (RP318 miliar), TRIO (Rp450 miliar) (Laporan Keuangan Jiwasraya 2015). Bila ada saham BUMN, cenderung saham BUMN dengan kapitalisasi kecil, seperti Semen Baturaja (SMBR) dan PT PP Properti (PPRO). Di dalam reksa dana yang dimiliki Jiwasraya, saham-saham yang dimiliki juga sangat aneh, seperti: BTEK, JGLE, SMRU, CNKO, IIKP, KBRI, MTFN, POLA, SIMA, SMRU, SUGI, TRAM dan TMPI.

Kesimpulan kedua: BP Jamsostek dalam berinvestasi reksa dana memilih mitra MI yang terbaik dengan skala dana kelolaan besar. BP Jamsostek dalam berinvestasi saham juga fokus pada saham-saham terbaik dalam LQ45, hanya sedikit saham non-LQ45 (baik krn dikeluarkan dari indeks oleh BEI atau karena saham BUMN). BP Jamsostek juga melakukan diversifikasi yang sangat konservatif dalam investasi per MI dan per emiten saham.

            Kinerja Investasi (Imbal Hasil)

Dalam siaran pers disebutkan “Yield on Investment (YOI) 2020 sebesar 7,38%.” Tingkat imbal hasil ini relatif tinggi mengingat: suku bunga perbankan rata-rata sepanjang 2020 yang rendah (berkisar 5,6%-6,8% untuk tenor 3-bulan dan 12-bulan) dan IHSG terkoreksi 5%. Satu2-nya penjelasan imbal hasil yang tinggi adalah mayoritas investasi BP Jamsostek di surat utang, khususnya Surat Utang Negara, yang pada tahun 2020 IBPA INDOBeX Government Total Return naik 14,8%.

Tabel 4. Imbal Hasil Investasi BP Jamsostek & Suku Bunga Perbankan

sumber: Siaran Pers BP Jamsostek dan Bank Indonesia
sumber: Siaran Pers BP Jamsostek dan Bank Indonesia
Karena porsi saham BP Jamsostek relatif kecil (kurang dari 30% portofolio), porsi obligasi yang besar (dan divaluasi pada harga beli sebagai posisi Hold to Maturity), dan optimisasi investasi dengan mengurangi deposito ke obligasi, maka BP Jamsostek dapat memperoleh “yield on investment” yang relatif tinggi dengan mempertahankan keamanan investasi sehingga return tahunan stabil.

Tren penurunan imbal hasil investasi BP Jamsostek juga dapat difahami sejalan dengan menurunnya tingkat suku bunga, khususnya suku bunga jangka panjang (12-bulan).

Kesimpulan ketiga: kinerja imbal hasil investasi BP Jamsostek sesuai dengan alokasi aset portofolio (yang mayoritas di SBN dan obligasi) dan dinamika pasar.

            Kesimpulan dan Rekomendasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun