Tabel 3. Investasi BP Jamsostek di Saham 2018
Sedangkan saham-saham yang dimiliki Jiwasraya umumnya saham-saham kapitalisasi kecil yang tidak likuid dengan kinerja bisnis yang jelek (banyak merugi). Misal: ARTI, ENRG, LCGP (Rp118 miliar), MTFN (Rp58 miliar), MYRX, PADI (Rp42miliar), RIMO, SUGI (RP318 miliar), TRIO (Rp450 miliar) (Laporan Keuangan Jiwasraya 2015). Bila ada saham BUMN, cenderung saham BUMN dengan kapitalisasi kecil, seperti Semen Baturaja (SMBR) dan PT PP Properti (PPRO). Di dalam reksa dana yang dimiliki Jiwasraya, saham-saham yang dimiliki juga sangat aneh, seperti: BTEK, JGLE, SMRU, CNKO, IIKP, KBRI, MTFN, POLA, SIMA, SMRU, SUGI, TRAM dan TMPI.
Kesimpulan kedua: BP Jamsostek dalam berinvestasi reksa dana memilih mitra MI yang terbaik dengan skala dana kelolaan besar. BP Jamsostek dalam berinvestasi saham juga fokus pada saham-saham terbaik dalam LQ45, hanya sedikit saham non-LQ45 (baik krn dikeluarkan dari indeks oleh BEI atau karena saham BUMN). BP Jamsostek juga melakukan diversifikasi yang sangat konservatif dalam investasi per MI dan per emiten saham.
Kinerja Investasi (Imbal Hasil)
Dalam siaran pers disebutkan “Yield on Investment (YOI) 2020 sebesar 7,38%.” Tingkat imbal hasil ini relatif tinggi mengingat: suku bunga perbankan rata-rata sepanjang 2020 yang rendah (berkisar 5,6%-6,8% untuk tenor 3-bulan dan 12-bulan) dan IHSG terkoreksi 5%. Satu2-nya penjelasan imbal hasil yang tinggi adalah mayoritas investasi BP Jamsostek di surat utang, khususnya Surat Utang Negara, yang pada tahun 2020 IBPA INDOBeX Government Total Return naik 14,8%.
Tabel 4. Imbal Hasil Investasi BP Jamsostek & Suku Bunga Perbankan
Tren penurunan imbal hasil investasi BP Jamsostek juga dapat difahami sejalan dengan menurunnya tingkat suku bunga, khususnya suku bunga jangka panjang (12-bulan).
Kesimpulan ketiga: kinerja imbal hasil investasi BP Jamsostek sesuai dengan alokasi aset portofolio (yang mayoritas di SBN dan obligasi) dan dinamika pasar.
Kesimpulan dan Rekomendasi