Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Euforia Saham Kapitalisasi Besar

26 Februari 2018   08:45 Diperbarui: 26 Februari 2018   10:09 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir tahun 2017, investor menemukan strategi investasi sederhana untuk memperoleh untung besar: Reksa Dana Indeks Saham Kapitalisasi Besar. Kebetulan di tahun 2017 kinerja Total Return (kenaikan indeks harga plus dividen) Indeks IDX30 dan LQ45 masing-masing mencapai 27,3% dan 24,8%, melebihi Total Return IHSG yang sebesar 22,5%.

Penemuan strategi investasi sederhana yang superior pernah terjadi sebelumnya. Di tahun 2007-2008, investor memilih strategi ivestasi di saham komoditas. Sedangkan paska kinerja saham kapitalisasi menengah kecil unggul luar biasa di tahun 2009-2010, sepanjang 2011-2013 investor mengandalkan strategi tradingsaham kapitalisasi menengah kecil (termasuk saham sektor properti).

Masalahnya, saat investor menemukan strategi investasi superior tersebut, ternyata sudah terlambat dan mencapai puncaknya. Misalnya, saham komoditas sudah mengalami kenaikan harga sejak tahun 2003. Puncak harga saham komoditas terjadi di awal 2008, meski bullish komoditas berlanjut sampai 2010. 

Kemudian, saat investor berhasil mengikuti rally saham kapitalisasi menengah kecil 2012 - awal 2013, investor banyak yang gagal memperoleh untung karena terjebak koreksi tajam di semester kedua 2013. Fenomena ini sesuai pengamatan Bob Farrell (strategist di Merrill Lynch 1957-2001): "The public buys the most at the top, the least at the bottom".

Kali ini pun, investor yang meyakini strategi Indeks Saham Kapitalisasi Besar sebagai strategi unggulan sudah sangat terlambat. Kinerja Indeks MSCI Indonesia Saham Kapitalisasi Besar (MXIDLC) sudah lebih unggul (outperform) daripada Indeks MSCI Indonesia Saham Kapitalisasi Menengah dan Kecil (MXIDSM) sejak tahun 2013. Setiap tahun pada periode 2013-2017, Indeks MXIDLC unggul terhadap Indeks MXIDSM masing-masing sekitar 8,6%, 16,7%, 12,4%, 13,3%, dan 33,6%.

Di periode 2013-2017 secara total Indeks MXIDLC naik 87,4% (13,4% per tahun) sedangkan Indeks MXIDSM turun 14,7% (-3,1% per tahun).

Keunikan keunggulan Indeks MXIDLC terhadap Indeks MXIDSM di 2017 dibandingkan periode 2013-2016 adalah: Indeks MXIDLC naik 30,2% sedangkan MXIDSM turun 3,4%. Akibatnya, kinerja unggul saham kapitalisasi besar jauh lebih menarik, meski sudah terjadi sejak 2013.

Periode 2013-2015 memang ditandai oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya gejolak finansial. Akibatnya, investor saham bersikap lebih konservatif dan mencari aman. Investor lebih memilih saham kapitalisasi besar yang fundamentalnya lebih baik dan dipersepsikan mampu bertahan saat ekonomi sulit. Sebaliknya, investor terus mengurangi porsi investasi saham kapitalisasi kecil dan merealokasi dana ke saham kapitalisasi besar.

Sejalan kinerja Indeks MXIDLC yang luar biasa, valuasi segmen ini menjadi relatif mahal dibandingkan terhadap valuasi saham Indeks MXIDSM. Rasio harga terhadap nilai buku (PBV) atau pendapatan (PER) dari Indeks MXIDLC masing-masing mencapai 3,3X dan 17,5X, dibandingkan dengan valuasi Indeks MXIDSM yang masing-masing adalah 1,9X dan 12,4X.

Popularitas sebuah strategi investasi yang outperform juga terlihat dari aktifitas Manajer Investasi (MI) yang menerbitkan reksa dana baru memanfaatkan momentum. Misalnya, sejalan puncak booming komoditas 2007-2010, terbit reksa dana dengan nama Komoditas (2008, 2011), Agro (2008), dan Resources (2011).

Paska keunggulan saham kapitalisasi menengah kecil di 2009-2010, terbit reksa dana fokus pada saham kapitalisasi menengah kecil yang menggunakan benchmarkseperti "IHSG selain 20 saham kapitalisasi terbesar" (2011) atau MSCI Small Mid Cap Index (2013).

Saat ini popularitas saham kapitalisasi besar terlihat dari beberapa MI yang menerbitkan enam reksa dana baru berbasis Indeks IDX30 dan LQ45 pada semester kedua 2017. Bahkan MI yang terkenal dengan strategi investasi aktif, baik pendekatan top-down, bottom-up, atau trading, juga menerbitkan reksa dana indeks.

Padahal reksadana indeks adalah strategi investasi pasif yang hanya mengikuti pasar. Strategi investasi pasif berupa portofolio indeks berasumsikan pasar efisien dan MI tidak memiliki keahlian untuk mengalahkan pasar.

Sebaliknya, MI dengan strategi investasi aktif mempercayai pasar tidak efisien dan MI bisa mengalahkan pasar (outperform indeks pembanding) dengan keahlian berupa analisa ekonomi makro, analisa sektoral industri, saham pilihan, dan trading.

Sikap MI aktif yang menerbitkan produk reksadana indeks menandakan kegalauan akan kemampuannya mengalahkan pasar.

Akhirnya, popularitas strategi reksadana Indeks Saham tercermin dari judul berita di media masa, seperti "Prediksi 2018 Reksa Dana Indeks Kian Moncer" (19 Januari 2018) dan "Kinerja ETF Mengungguli Reksadana Saham" (17 Oktober 2017).

Ada tiga tahap dari sebuah siklus bullish. Tahap pertama, ketika segelintir investor berorientasi jangka panjang meyakini bahwa kondisi akan membaik. Tahap kedua, ketika mayoritas investor menyadari perbaikan sudah terjadi dan masih akan berlanjut. Tahap ketiga, ketika semua investor yakin perbaikan akan terus berlanjut.

Investor yang berinvestasi pada tahap pertama akan memperoleh return yang tinggi. Investor yang berinvestasi di tahap kedua meski membayar lebih mahal masih terbuka peluang untung. Tapi investor yang berinvestasi pada tahap ketiga, harus siap menghadapi koreksi signifikan dan kerugian dalam jangka panjang.

Penulis yakin saat ini strategi unggulan Reksa Dana Indeks Saham Kapitalisasi Besar sudah masuk ketahap ketiga.

Dengan valuasi tinggi, posisi investor yang overweight sebuah tema investasi, eforia, dan keyakinan berlebihan akan keberhasilan sebuah tema investasi, maka hasilnya akan cenderung mengecewakan kedepannya.

Peluang masih ada di saham kapitalisasi besar pilihan yang kenaikan harganya masih terbatas seperti Astra International, Semen Indonesia, PT Bukit Asam, Indofood, dan Perusahaan Gas Negara. Karena itu berinvestasi di saham kapitalisasi besar akan lebih baik tanpa dibatasi bobot Indeks IDX30 atau LQ45.

Peluang investasi saham yang lebih menarik terbuka luas di segmen yang telah dilupakan yaitu saham kapitalisasi menengah kecil. Mengingat harga saham kapitalisasi menengah kecil mudah dimanipulasi, investor harus fokus ke saham dengan fundamental kuat, valuasi murah, dan tetap diversifikasi.

Tulisan ini dimuat di kolom Opini, Bisnis Indonesia, 23 Februari 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun