Mohon tunggu...
Fidel B Marich
Fidel B Marich Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kehidupan Manusia dan Kecerdasan Buatan

5 Juli 2022   19:21 Diperbarui: 5 Juli 2022   19:25 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hasil GPT-3 dengan perintah “Photo of hip hop cow in a denim jacket recording a hit single in the studio.”

Beberapa tahun belakangan ini, kita secara tidak sadar menjadi bergantung pada kecerdasan buatan. Mulai dari media sosial, mencari sesuatu di internet, hingga menemukan rute paling efisien pada peta, kecerdasan buatan menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah sepele dalam keseharian kita.

Secara istilah, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah simulasi kecerdasan manusia yang dimodelkan ke dalam mesin dan diprogram agar dapat berpikir seperti layaknya manusia. Menurut John McCarthy, kecerdasan buatan adalah ilmu rekayasa untuk membuat mesin cerdas, yang mana ilmu ini terkait dengan memahami kecerdasan manusia menggunakan komputer, tetapi tidak harus membatasi dirinya pada metode yang dapat diamati secara biologis.

Penggunaan kecerdasan buatan sangatlah luas. Seperti saat kita mencari sesuatu di internet, kita sering mendapatkan hasil yang kita inginkan pada halaman pertama hasil pencarian. Situs-situs tersebut bukanlah situs dengan dengan pengunjung terbanyak ataupun situs dengan penghasilan tertinggi, melainkan situs tersebut ialah paling relevan dengan kata kunci yang dicari.

Dengan kecerdasan buatan, sebuah mesin pencari (search engine) akan mengurutkan semua situs di internet yang kemudian difilter dan diurutkan berdasarkan relevansinya dengan sebuah kata. Bila tugas ini dikerjakan manual oleh manusia, pastinya akan memakan waktu yang lama dan sangatlah tidak efisien.

Selain dapat bekerja dengan efisien dan efektif, kecerdasan buatan juga dapat mengambil keputusan lebih cepat dibandingkan manusia, membantu ilmuan menemukan penemuan baru, melakukan pekerjaan yang berulang, serta membantu mengerjakan hal-hal yang beresiko bagi manusia, seperti dalam menjinakkan bom hingga penambangan minyak dan batu bara.

Kecerdasan buatan juga sangatlah impresif dalam mengerjakan suatu hal spesifik. Seperti GPT-3 yang dapat membantu penulis dalam membuat artikel, membantu programmer dalam menyelesaikan koding, hingga membuat chatbot yang dapat menjawab percakapan dengan natural. Serta DALL-E 2 yang dapat membuat foto yang realistis, hanya dengan perintah tulisan yang kita inginkan.

Foto hasil GPT-3 dengan perintah “Photo of hip hop cow in a denim jacket recording a hit single in the studio.”
Foto hasil GPT-3 dengan perintah “Photo of hip hop cow in a denim jacket recording a hit single in the studio.”

Disamping itu semua, kecerdasan buatan tidaklah sempurna. Kecerdasan buatan membantu meningkatkan resiko pengangguran. Hal ini dikarenakan manusia lebih mudah melakukan kecerobohan (human error) dibandingkan kecerdasan buatan. Sedangkan dalam pekerjaan, efisiensi sangatlah penting. Sehingga akan banyak pebisnis yang lebih mempercayai kecerdasan buatan dibandingkan manusia.

Bagaimana perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia?

Banyak dari warga Indonesia sudah mengetahui serta mencicipi kecerdasan buatan. VMware menunjukkan survei yang diadakan pada 2020, bahwa 78% warga Indonesia sudah mulai mempercayai kecerdasan buatan. Angka tersebut terbilang tinggi jika dibandingkan dengan nilai rerata Asia Tenggara, yang hanya mendapatkan nilai 70%.

Dengan banyak warganya yang antusias, adalah percuma bila kurangnya dukungan dari pemerintah. Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (Korika) Hammam Riza menyatakan, teknologi kecerdasan buatan di Indonesia sudah memiliki dasar dalam program Strategi Nasional (Stranas) pemerintah. Diantaranya adalah penyiapan talenta atau SDM di bidang kecerdasan buatan ini. Harapannya kecerdasan buatan sudah bisa dikenalkan sejak dini kepada masyarakat, yang kemudian dapat dijaring talenta-talenta unggul di bidang ini.

Salah satu hal yang menjadi penghambat pengaplikasian kecerdasan buatan ialah kurang meratanya koneksi internet pada daerah terpencil. Dalam laporan Hootsuite (We are Social) per Januari 2022, sekitar 26,3% atau 73,05 juta warga Indonesia belum dapat menikmati internet pada tahun ini. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Thailand, yang masing-masing memiliki nilai 10,4% dan 22,2%. Maka dari itu, dukungan pemerintah sangatlah dibutuhkan demi meluasnya pengaplikasian kecerdasan buatan pada masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun