Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahasa Secangkir Piccolo

6 Desember 2020   00:07 Diperbarui: 6 Desember 2020   00:09 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Nah itu dia masalahnya, Ta. Itu juga yang aku khawatirkan." Yogi menambahkan.

"Tugasmu yang mikirin kopi ini mau diapain, Ve." Sambung Yogi.

"Nah, kan... Giliran begini, buangnya ke aku." Sahut Vega kesal.

"Lalu maksudmu, siapa lagi yang bisa mikirin hal beginian. Ini kopi jelas punya nilai jual. Tapi cuma bisa masuk di musim panen. Resiko"

"Iya iya aku tau. Kita jadiin paket hampers Natal aja, ya. Kasih aku harga belinya., supaya aku bisa hitung harga jual. Detail isis paket, packaging, design dan lain-lain kasih aku waktu beberapa hari untuk mikir." Jabar Vega.

"Bukan mikir, Neng. Kerja." Goda Yogi.

Vega tak menyahut lagi. Dia bergegas meninggalkan meja cupping mereka. Meminta tim lainnya mengemasi sisa-sisa cupping mereka.

"Tangan Vega makin dingin." Ucap Yogi seolah melaporkan perkembangn hasil kerja Vega.

"Aku tau." Sahut Deta singkat.

"Kemarin sore Lauren nelpon aku. Dia terima berkas lamaran Vega."

Yogi bahkan tak melihat respon apa pun dari Deta. Sahabatnya itu masih terlihat asik menikmati cold brew yang baru saja di antarkan waitress. Hasil racikan Vega. Rasanya Vega memang benar-benar menyatu dengan kopi. Tak hanya espresso based, manual brew pun dikuasainya dengan sangat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun