Dalam beberapa waktu terakhir, kita menemui banyak kasus bunuh diri yang terjadi di sekitar kita. Di Padang, terdapat seorang wanita yang melakukan bunuh diri usai dirinya gagal menikah dengan pria pilihannya. Diduga, wanita itu memilih untuk mengakhiri hidupnya karena frustasi lantaran pernikahan yang sudah ia rencanakan batal terjadi. Demikian juga dengan apa yang terjadi di Malang, seorang wanita yang mencoba melakukan bunuh diri setelah gagal berkali-kali mendapatkan pekerjaan. Pilihan itu ia tempuh setelah mengalami depresi yang berkepanjangan.
Tentu, beberapa kasus di atas adalah contoh yang paling ekstrem bagaimana pikiran berdampak pada sikap dan tindakan yang kita ambil. Tindakan untuk mengakhiri hidup ini berasal dari pikiran yang tidak dikelola dengan baik. Saat suatu hal menguasai pikiran, saat itulah pikiran mendorong niat untuk bertindak. Pikiran positif tentu akan mendorong perilaku dan sikap yang positif. Sebaliknya, pikiran negatif akan mendorong tindakan negatif.
Pikiran Membimbing Hidup
Setiap dari kita tentu tahu, bagaimana pikiran mampu memengaruhi perkataan dan tindakan. Namun demikian, tidak sedikit dari kita yang belum cukup mampu untuk mengelola pikiran yang baik dan bijaksana. Padahal, pikiran adalah unsur utama yang menjadi navigasi ke mana hidup tertuju. Pikiran yang akan menuntun dan memandu hasrat dan harapan seseorang. Melalui pikiran yang baik, akan berdampak pada sikap dan mental yang baik. Oleh karena itu setiap dari kita bertanggung jawab untuk membentuk pikiran yang baik agar menghasilkan tindakan terbaik.
Namun, pernahkah terbersit saat suatu hal menguasai pikiran itu, justru saat itulah kita bergerak untuk mewujudkan pikiran tersebut. Sebagai contoh, izinkan saya untuk membagikan kisah pribadi saya. Pada 2021, saat saya sedang menempuh studi master di UIN SUKA dan duduk di semester 2, saya memiliki keinginan untuk melanjutkan studi doktor, di mana salah satu pilihan saya adalah UGM. Tentu pikiran saya ini akan membawa saya untuk mengerjakan segala sesuatu yang menjadi syarat demi mewujudkan keinginan tersebut. Oleh karenanya, saya mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, mulai dari syarat proposal disertasi, kemampuan bahasa Inggris, hingga potensi akademik yang dibuktikan dengan sertifikat resmi. Secara tidak sadar, semua ini menjadi dorongan yang berasal dari alam pikiran saya dan menuntun saya untuk merealisasikan pilihan hidup.
Walau kemudian pada beberapa waktu tertentu, pikiran yang pesimis sering kali muncul sesaat, pikiran yang mendominasilah yang akan memberikan jalan. Inilah yang kemudian disebut sebagai Hukum Pikiran Dominan, bahwa setiap individu akan dibimbing oleh dominasi pikirannya yang menjadi kekuatan tersendiri dalam mewujudkan target dan harapannya. Sebagaimana yang disinggung oleh Rasulullah dalam sebuah hadits qudsi, beliau bersabda, "Aku sesuai prasangka hamba-Ku."
Kendalikan Pikiranmu
Laporan dari State of Mobile 2024 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang menghabiskan waktu paling lama menggunakan HP dalam beraktivitas sehari-hari. Kondisi demikian tentu menandakan bahwa masyarakat kita sangat dekat dengan ragam informasi yang dihadirkan di media sosial. Tak jarang, media sosial justru menjadi sumber bagi individu untuk membentuk pikirannya. Saat informasi yang diterima itu baik dan memiliki dampak positif bagi pikirannya, serta mampu menempatkannya sebagai pikiran yang dominan, tentu dapat menjadi nutrisi bagi akal. Sebaliknya, saat informasi yang diterima justru dekat dengan informasi dan pesan-pesan negatif, tentu akan berdampak bagi pembetukan pola pikir, dan dapat memengaruhi kehidupan individu.
Pikiran tidak mengenal ruang dan waktu. Ia muncul kapan saja dalam keadaan apapun. Saat bangun tidur, belajar, bekerja, beraktivitas, hingga hendak tidur kembali, pikiran akan senantiasa ada. Pikiran menjadi kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan bertindak. Melalui pikiran, kita bisa menjadi seorang optimis atau pesimis. Melalui pikiran kita bisa menjadi manusia yang bersyukur atau kufur. Melalui pikiran kita bisa menjadi individu respect atau toxic. Melalui pikiran pula kita bisa berperan menjadi seorang protagonis atau antagonis. Dengan demikian, pikiran memiliki pengaruh dalam setiap dinamika kehidupan kita. Semua itu bergantung pada bagaimana kita mengelola pikiran.
Karena itulah, sangat penting bagi setiap individu untuk mengendalikan pikirannya. Pikiran akan menjadi tempat yang membentuk prinsip dan keyakinan seseorang. Sebagaimana Allah memberikan akal dan pikiran pada manusia, ia menjadi anugerah terbesar untuk melintasi hidup. Dengan akal itulah, manusia dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang halal dan haram, mana yang hak dan bathil, sehingga manusia dapat membentuk pikiran dan mengejawantahkannya.
Alhasil, setiap dari kita terbentuk karena pikiran kita. Sebagaimana kita hari ini, kita adalah akumulasi dari pikiran kita di hari kemarin. Pikiran yang kita bentuk di masa lampau akan memberikan jalan ke mana pikiran itu menuju. Publis Vergilius Maro, seorang penyair Romawi, pernah mengatakan, "Mereka bisa karena mereka pikir mereka bisa." Saat rasa optimisme itu selalu ada dalam pikiran kita, maka pikiran kita akan memberikan jalan untuk menuju keinginan yang kita harapkan.
Demikian pentingnya bagi kita untuk mengendalikan ke mana arah pikiran kita. Semakin pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal positif dan rasa optimisme yang kuat, semakin dekat pula kita dengan apa yang kita pikirkan. Sejauh mana sikap dan tindakan itu berlabuh, ia akan selalu diikuti dengan pikiran. Hilangkan seluruh persepsi negatif dalam pikiran, maka ia akan didominasi dengan pikiran positif. Alih-alih membiarkan pikiran kita dikendalikan oleh sikap pesimis, kendalikan pikiran kita dengan pikiran yang optimis. Hanya dengan pikiran demikian, kita bisa mendekat pada asa dan harapan sebagaimana yang ingin kita wujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H