Mohon tunggu...
Picas sennarizaldo
Picas sennarizaldo Mohon Tunggu... Freelancer - Peneliti

saya sangat tertarik mengapa setiap manusia berbeda dengan berbagai alasan mereka berperilaku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merangkul Penderitaan Dengan Self Compassion

3 Januari 2023   00:30 Diperbarui: 3 Januari 2023   00:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Hidup ini memang tidak selamanya selalu senang dan bahagia. Tidak ada satupun manusia yang menjalani hidup dengan lancar saja, setiap orang pasti mengalami kesulitan hidup dalam bentuk dan rupanya masing-masing. Seseorang yang tengah mengalami kesulitan hidup cenderung akan merasa menderita dan memunculkan pikiran-pikiran negatif. 

Pikiran negatif ini seringkali menggiring perasaan kita untuk mempercayai bahwa diri kita lah satu-satunya orang yang menderita. Kemudian diikuti juga dengan perasaan menyalahkan diri sendiri karena kesulitan yang dialami. Menganggap diri sendiri tidak kompeten dan tidak pantas untuk menggapai sesuatu yang diharapkan akan membuat kita berlaku kasar dan keras terhadap diri sendiri, sehingga kurang mampu memperlakukan diri sendiri dengan baik. Akhirnya kita terbelenggu dalam perasaan bahwa diri ini tidak pantas untuk dikasihani, tetapi justru pantas dibenci. Perasaan-perasaan tersebut akan membuat terciptanya penderitaan dalam diri kita yang pada akhirnya membuat kita semakin terpuruk. 

Untuk mengatasi emosi-emosi negatif penderitaan akibat kesulitan hidup, kita harus dapat menerima segala dan kenyataan, kekurangan, dan permasalah yang terjadi padanya. Mempunyai sikap belas kasih diri menjadi gerbang awal dalam mengatasi emosi-emosi negatif yang dialami individu. Istilah ini disebut dengan belas kasih diri atau sering disebut dengan self compassion.

Belas kasih diri (Self compassion) muncul dari kata compassion yang diturunkan dari bahasa Latin patiri dan bahasa Yunani patein yang berarti menderita, menjalani, atau mengalami. Self compassion merupakan konsep baru yang diadaptasi dari filosofi budha yang memiliki definisi secara umum adalah kasih sayang diri [1]. Secara sederhana Self-compassion merepresentasikan belas kasih yang diarahkan ke dalam diri dan mengacu pada bagaimana kita berhubungan dengan diri kita sendiri dalam kasus-kasus kesulitan hidup seperti kegagalan, ketidakmampuan, dan penderitaan pribadi yang dirasakan [2].

Bahasan self-compassion berkaitan sikap terbuka dan tergerak oleh penderitaan sendiri, mengalami perasaan peduli dan kebaikan terhadap diri sendiri, memperlakukan dirinya dengan baik dan hangat, mendapatkan pemahaman, tidak menghakimi kekurangan dan kegagalan diri, dan menyadari bahwa penderitaan akibat kesulitan hidup itu adalah bagian dari pengalaman manusia biasa. Self-compassion tidak menghindari rasa sakit melainkan memeluknya dengan cinta kasih dan niat baik, sehingga menghasilkan rasa kesejahteraan yang berakar pada pengalaman menjadi manusia sejati [3]. 

Secara keseluruhan komponen Self-compassion diantaranya self-kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003). 

Self-kindness adalah kebaikan dan pemahaman dari seorang individu pada dirinya dibanding melakukan sikap mengadili dirinya sendiri atau pemberian kritik terhadap diri. Dengan adanya self-kindness atau kebaikan diri sendiri, akan mempengaruhi proses berdamai dengan terhadap penderitaan kita alami. 

Common humanity merupakan cara pandang seseorang dalam memandang masalahnya. Common humanity berkaitan dengan cara adaptasi dan konformitas seorang dalam menghadapi penderitaan. 

Sementara mindfulness bagaimana individu memandang peristiwa yang dialaminya dengan akurat,dan mempengaruhi dirinya untuk membuat pemikiran berkaitan sikap yang akan ditunjukan pada situasi tertentu sehingga ia dapat bersikap dengang baik ketika ia dihadapkan dengan suatu penderitaan yang ia alami. Pengalaman kecelakaan yang buruk akan membandingkan dengan pengalaman kecelakaan orang lain juga dan memahami bahwa pengalamanya juga diderita oleh orang lain yang merupakan bagian dari kehidupan sehingga setiap orang pantas memberikan rasa belas kasih terhadap dirinya sendiri.

Dapat di simpulkan dengan memiliki self-compassion ketika mengalami kesulitan hidup kita dapat bersikap hangat dan bertoleransi terhadap kejadian negatif dari penderitaan yang telah dialami sehingga dapat merespon secara lebih positif. Ketika mengalami penderitaan, manusia pada umumnya memaknai negatif dari kesulitan yang dialami sehingga akan sulit memahami dan menerima kenyataan di kehidupanya. 

Daftar pustaka

[1] Neff, K. (2003). Self compassion conceptualisation. Self and Identity, 21(2 PART 1), 343–344. https://doi.org/10.1080/15298860390129863 

[2] Neff, Kristin D. (2016). The Self-Compassion Scale is a Valid and Theoretically Coherent Measure of Self-Compassion. Mindfulness, 7(1), 264–274. https://doi.org/10.1007/s12671-015-0479-3 

[3] Neff, Kristin D, & Knox, M. C. (2017). Encyclopedia of Personality and Individual Differences. Encyclopedia of Personality and Individual Differences. https://doi.org/10.1007/978-3-319-28099-8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun