Jika masalah pemicu konfliknya cukup kompleks, yang bisa kita lakukan adalah mengembangkan beberapa alternatif solusi yang bisa diterima dengan baik oleh semua pihak. Ini membuat pendekatan collaborating memerlukan banyak ide dan pemikiran, juga mungkin saja menghasilkan inovasi baru untuk organisasi. Yang penting semua pihak berorientasi pada pemecahan masalah untuk kepentingan organisasi, bukan terjebak pada kondisi saling menyalahkan karena membela kepentingan pribadinya.
Misalnya terjadi kondisi demikian. Sebuah perusahaan produsen produk perawatan tubuh baru saja meluncurkan produk baru ke pasaran. Beberapa bulan kemudian saat dievaluasi, trend penjualan produk tersebut ternyata belum sesuai ekspektasi. Divisi pemasaran pun menawarkan strategi baru dengan menggaet talent dari publik figur yang terkenal dan perusahaan menjadi sponsor beberapa event yang relevan untuk meningkatkan jangkauan produk tersebut.
Strategi ini ternyata tidak disetujui oleh divisi keuangan. Bukan saja karena anggaran yang tersedia untuk promosi produk tersebut sudah menipis, tapi juga karena divisi penjualan tidak bisa memberi argumen yang memuaskan mengenai kemungkinan cara baru ini bisa meningkatkan penjualan produk.
Awalnya perbedaan pendapat ini mungkin hanya memicu konflik kecil-kecilan di ruang rapat saat pembahasan dilakukan. Tapi jika tidak segera diselesaikan dengan baik, bisa saja konflik yang terjadi bisa merembet ke hal-hal lain.
Di sinilah dibutuhkan kepemimpinan yang mampu mengelola konflik dengan mengurai masalah dan memandu para pihak menemukan alternatif solusi. Masing-masing divisi memiliki kebenaran menurut perspektifnya masing-masing. Bagaimana agar produk baru sukses dikenal pasar dan di sisi lain arus kas perusahaan harus tetap dijaga dengan baik.
Selagi kedua pihak berorientasi pada kepentingan yang lebih besar, selalu bisa ditemukan alternatif solusi, dipandu oleh pemimpin sebagai mediator dan pengambil keputusan. Jika masalah yang terjadi pada contoh kasus di atas didiskusikan dengan baik, alternatif solusi yang bisa dihasilkan misalnya:Â
(1) mengoptimalkan digital campaign (2) menggandeng mitra untuk melakukan co-marketing produk baru tersebut (3) melakukan riset untuk memperdalam analisis persaingan industri (4) menggandeng influencer yang biayanya terjangkau (5) memperpanjang masa promo dengan melakukan flash sale, diskon dan lain-lain.
Kiat-kiat tersebut biayanya cenderung lebih murah dan hasilnya juga lebih terukur. Kiat-kiat di atas dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga daftarnya lebih panjang dan kedua belah pihak, baik divisi pemasaran maupun keuangan, dapat berdiskusi mencari solusi yang terbaik.
Urutan prioritas dalam memilih alternatif solusi pun dilakukan dengan memilih alternatif yang memberi dampak tertinggi bagi peningkatan penjualan tapi membutuhkan alokasi sumber daya yang paling kecil bagi organisasi. Jadi semakin banyak alternatif solusi ditemukan, semakin baik pula bagi problem solving dan upaya meminimalkan konflik.
Implementasi dan Evaluasi
Setelah menyepakati solusi-solusi yang diambil untuk pemecahan masalah dan menyelesaikan konflik, langkah selanjutnya adalah implementasi dari solusi tersebut. Setiap pihak harus menindaklanjuti solusi tersebut sesuai kesepakatan bersama dengan baik dan bertanggungjawab.
Apabila terjadi masalah dalam implementasi solusi, dilakukan kembali evaluasi bersama untuk mencari cara penyelesaian yang terbaik. Kata kunci dari pendekatan collaborating dalam menyelesaikan konflik, adalah solusi harus bersifat win-win. Tidak boleh ada pihak yang merasa dirugikan dari penyelesaian tersebut.