Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Debat Cawapres dan Tobat Ekologis

22 Januari 2024   13:46 Diperbarui: 22 Januari 2024   16:36 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari kompas.com (screenshot Youtube KPU)

Isu tentang perubahan iklim dan ancamannya pada umat manusia sesungguhnya bukan sesuatu yang ada di ambang mata tapi sudah dan sedang kita alami. Pemanasan global yang memicu anomali iklim adalah salah satu contohnya. Ancaman perubahan iklim akan semakin terasa jika manusia tidak mengambil langkah yang signifikan, drastis dan menyeluruh untuk memperbaiki kerusakan tersebut.

Pada beberapa kesempatan lainnya saya juga mengikuti pelatihan, workshop atau lokakarya bertema lingkungan dan semakin akrab dengan istilah-istilah seperti carbon footprint, climate change, audit energi, net-zero emission dan lain-lain. Benang merah dari semua itu adalah: harus ada aksi dan segera!

Inilah yang menjadi dasar dari ungkapan Tobat Ekologis yang muncul dalam Laudato Si' dan dikutip oleh Cak Imin. Manusia harus menyadari diri memiliki andil dalam dosa-dosa ekologis (entah kecil atau besar) yaitu kerusakan lingkungan yang sedang terjadi  dan berkomitmen untuk mengubah kebiasan atau habitus serta ikut andil dalam memperbaiki kerusakan tersebut.

Aksi untuk Lingkungan

Setiap orang baik secara individu maupun kolektif dapat mengambil aksi dalam tobat ekologis ini. Di kantor kami misalnya, sudah beberapa tahun terakhir ini tidak lagi menggunakan air mineral kemasan saat lokakarya atau pelatihan-pelatihan internal.

Sebagai gantinya kami meminta para peserta membawa sendiri botol air minumnya sehingga panitia tinggal menyiapkan galon isi ulang saja di kantor atau di lokasi kegiatan. Hal ini menjadi upaya kami untuk mengurangi produksi sampah plastik setelah kegiatan berlangsung.

Kemudian kantor kami juga menggunakan instalasi panel surya untuk mendukung kebutuhan penggunaan energi listrik. Memang sistemnya masih hibrid, berjalan bersamaan dengan supply listrik dari PLN. Tapi dengan panel surya tersebut, kami bisa menghemat 30%-35% dari penggunaan energi listrik PLN.

Untuk aksi yang sifatnya pribadi, saya semakin sadar untuk meminimalkan jejak karbon dengan menghemat listrik seperti mematikan lampu-lampu yang tidak digunakan, menghidupkan AC saat benar-benar perlu saja, tidak membiarkan charger gawai tertancap di stop kontak saat tidak digunakan dan seterusnya. 

Kemudian, jika akan membeli sesuatu di luar kantor untuk jarak dekat saya lebih memilih berjalan kaki dibanding menggunakan kendaraan. Atau jika harus membeli beberapa keperluan di toko yang berbeda (yang jaraknya tidak terlalu berjauhan), saya akan memarkir motor di satu titik lalu berjalan kaki ke toko-toko tersebut.

Untuk mengurangi sampah plastik, saya membawa botol air sendiri jika ada tugas keluar kantor. Ini sudah menjadi kebiasaan supaya jika kehausan di tengah, jalan tidak perlu singgah membeli air mineral kemasan lagi. Begitu pula menolak kantong plastik dari minimarket jika membeli barang dalam jumlah sedikit. 

Syukurlah saat ini sejumlah minimarket sudah menerapkan aturan untuk tidak memberikan plastik guna menampung belanjaan para pembeli. Kalaupun pembeli lupa membawa kantong belanja sendiri, mereka tetap menyiapkan eco-bag yang berbayar.

Beberapa kebiasaan baik untuk lingkungan mungkin sudah ada yang diterapkan sebelumnya. Tapi sebelumnya yang menjadi motivasi utama lebih kepada penghematan, saat ini sudah ada insight baru  yaitu sebagai wujud kontribusi terhadap upaya menyelamatkan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun