Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dunia Generasi Z yang Penuh Distraksi

26 Februari 2023   20:41 Diperbarui: 27 Februari 2023   07:57 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita membagi 24 jam dengan 85 kali, berarti kita mengecek handphone sekali setiap 16,9 menit. Ini dengan asumsi kita stand by 24 jam sehari. Jika dikurangi waktu tidur (katakanlah 8 jam) terlebih dahulu, maka diperoleh rentang waktu yang lebih sempit lagi, hanya sekali setiap 11,29 menit.

Ini angka rata-rata ya. Jadi rentang waktu aktualnya bisa lebih panjang atau lebih sempit dari itu. Kita bisa membuat asumsi generasi Z yang lebih dekat dengan teknologi akan lebih sering mengecek handphone-nya dibanding angka rata-rata tersebut.

Tahukah kita apa dampak negatif dari sering-sering mengecek handphone ini? Ya, benar, akibatnya adalah kita akan mudah terdistraksi. Distraksi atau gangguan walaupun terlihat sepele sebenarnya bisa membawa dampak yang besar, apalagi di dunia kerja.

Bekerja dengan fokus dan bekerja dengan sejumlah distraksi jelas akan membawa hasil yang berbeda. Distraksi akan mengalihkan fokus sejenak. Sayangnya, waktu yang dibutuhkan untuk kembali fokus 100% pada pekerjaan jauh lebih panjang dibanding waktu kita untuk berpaling ke distraksi tadi. Bayangkan jika saat bekerja dalam kurun waktu tertentu, setengah jam misalnya, kita harus terdistraksi berkali-kali.

Saya sendiri sudah punya banyak pengalaman terkait hal ini. Bekerja dengan banyak distraksi terasa lebih panjang dan kurang maksimal hasilnya dibanding bekerja dengan fokus karena semua notifikasi sudah disenyapkan. Masalahnya, saat bekerja saya tetap harus terhubung dengan teman kerja yang lain terkait kebutuhan data, pelaporan dan lain-lain jadi tetap harus mengalokasikan waktu untuk melihat notifikasi.

Jalan tengah yang saya lakukan adalah jika harus bekerja dengan fokus, misalnya membuat modul atau harus mengelola data, saya biasa menggunakan teknik pomodoro: 25 menit bekerja tanpa distraksi, lalu 5 menit mengecek notifikasi atau membalas pesan. 

Cara lain yang saya gunakan adalah pada saat jam kantor, saya juga menyambungkan aplikasi perpesanan mobile dengan aplikasi versi desktop, agar jika ada pesan masuk saya bisa langsung melihatnya di monitor sembari bekerja. Dengan demikian bisa melihat pesan yang masuk tanpa harus membuka handphone terlebih dahulu. Pesan-pesan yang penting bisa dibalas segera (langsung dari laptop) sedangkan yang kurang penting bisa dibaca atau dibalas belakangan.

Nah, distraksi ini adalah salah satu isu yang terjadi pada generasi Z dalam dunia kerja. Selain sangat akrab dengan teknologi, mereka juga sangat terhubung secara digital dengan teman-teman media sosialnya. 

Saya amati teman-teman kerja di generasi Z ini punya banyak akun media sosial. Jadi tidak usah heran kalau notifikasi media sosial bisa mengganggu mereka sepanjang waktu.

Dalam buku Productivity Hack (yang sudah saya sebutkan di atas) dituliskan sering-sering terdistraksi bisa menyebabkan 3 hal yaitu: (1) menurunnya rentang perhatian (2) menurunnya produktifitas dan (3) menurunnya kreatifitas. Bisa jadi distraksi ini-lah akar masalah keluhan-keluhan dari para senior seperti sudah dituliskan di atas.

Rentang perhatian adalah kemampuan kita untuk tetap fokus pada satu pekerjaan. Distraksi demi distraksi memang membuat kita sering kehilangan fokus. Akibatnya kita akan kesulitan mempertahankan rentang perhatian tersebut. Bagaimana mau fokus kalau di kepala kita masih terbayang-bayang konten yang barusan dilihat, pesan yang barusan dibalas atau status terbaru teman yang menarik perhatian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun