Pada sebuah persidangan, hakim termangu pada jawaban "lupa" dari saksi. Padahal kesaksian itu sangat penting untuk memutus perkara yang sedang dipersidangkan. Hakim yang arif dan bijaksana lalu menyuruh saksi mengingat kembali peristiwa yang barusan ditanyakan.
"Lupa berarti memori Saudara tentang peristiwa itu tertimbun memori-memori yang lain. Coba diingat-ingat kembali, Saudara Saksi. Kami bersedia menunggu berapa lama pun waktu yang dibutuhkan."
Hakim pun membiarkan saksi berpikir keras. Sambil menunggu, mereka menonton partai pamungkas pertandingan world cup yang sudah ditunggu-tunggu semua orang.
Saksi memandang para jaksa yang menatapnya dengan ketus, juga memandang terdakwa dan pengacara yang terkantuk-kantuk di sudut ruang sidang.
Menit-menit berlalu. 5 menit, 10 menit, setengah jam, 45 menit.
"Bagaimana saudara saksi?"
"Masih tidak ingat, Yang Mulia... "
"Oke. Lanjut lagi kalau begitu, tolong diingat-ingat dengan keras. Ini kebetulan kedua tim masih turun minum."
Menit-menit berlalu dengan cepat. Kesebelasan unggulan para hakim sepertinya menang, karena mereka sedang melakukan selebrasi di balik meja sidang. Confetti yang ditembakkan dari party popper berhamburan di langit-langit ruangan.
"Bagaimana, Saudara saksi?" tanya hakim ketua usai euforia kemenangan mereda.
Ingatan saksi belum juga kembali, tapi dia tahu harus berbuat apa.
"Maaf, Yang Mulia, saya baru ingat sekarang," ucapnya.
"Nah, bagus sekali. Silakan diceritakan selengkapnya," sahut hakim.
"Maaf, Yang Mulia. Maksud saya, saya baru ingat ternyata saya tidak ada di lokasi kejadian saat pembunuhan itu terjadi..."
Semua orang di ruang sidang terkejut.
"Lalu kenapa Anda bisa duduk di sini?" tanya hakim dengan nada meninggi.
Dia lalu melotot ke arah para jaksa lalu mengonfirmasi maksud kehadiran saksi.
"Loh, dia bukan saksi yang kami hadirkan, Yang Mulia," sahut jaksa.
Hakim kemudian bertanya ke pengacara terdakwa. Pengacara menggeleng dan mengungkapkan jawaban yang sama.
Hakim pun marah dan menunjuk ke arah saksi.
"Saudara saksi, bagaimana bisa anda ada di ruang sidang ini? Siapa yang meminta anda hadir, heh?!"
Dituding sedemikian rupa, saksi jadi ketakutan. Dia pun menyahut dengan suara lirih,
"Lupa, Yang Mulia...."
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H