Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pengantin Bom

7 Desember 2022   20:33 Diperbarui: 7 Desember 2022   20:45 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adam mengurungkan langkahnya.

"Mengapa di kuburan? Mereka semua sudah mati, bukan? Mengapa tidak di antara manusia-manusia yang masih hidup seperti kebiasaan pengantin-pengantin bunuh diri lainnya?"

Adam tersenyum hambar. Ya, ini bisa jadi awal percakapan panjang mereka.

"Buat apa lagi tuan ...."

"Panggil saja Terra," sahut malaikat penjaga.

"Buat apa lagi, Tuan Terra. Bukankah manusia-manusia itu sudah meledakkan dirinya sendiri berkali-kali? Mereka semua punya detonator sendiri bernama benci, dendam dan amarah. Aku pernah mengalaminya, Tuan Terra."

Terra, sang malaikat penjaga tertegun namun tetap mendengarkan. "Lanjutkan..."

"Ya. Aku penuh dengan amarah, kebencian dan dendam. Hampir setiap hari aku meledak karena menyimpan perasaan-perasaan itu. Percayalah, Tuan, bukan itu yang menyakitkan. Bagian yang paling sulit dan menyakitkan adalah, aku harus mengumpulkan keping demi keping diriku yang sudah tercerai-berai lalu menyatukannya kembali seperti semula. 

Bayangkan, Tuan. Jadi aku tidak menyesal memilih jalan ini, meledakkan diriku dalam arti yang sebenarnya, agar aku tidak perlu menderita lebih lama lagi. Mengapa di tengah-tengah mereka yang sudah mati? Katakanlah, aku membuat semacam pesta selamat datang untuk diriku sendiri, Tuan Terra. Mungkin mereka akan lebih menyukaiku nanti."

Setelah penjelasan panjang itu malaikat Terra mengangguk-angguk kecil.

"Aku nyaris menaruh simpati padamu, Tuan Adam. Tapi... keputusan sudah final. Silakan, pintu 7C," ucapnya sembari mengangkat tangan ke arah jejeran pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun