Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nasi Kuning Terakhir (2)

22 November 2022   20:59 Diperbarui: 22 November 2022   21:18 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi kuning Makassar. Gambar dari travel.kompas.com

Elon memicingkan mata. Kalau tidak salah Opa Hans kan juga sudah lama ditinggal mati istrinya. "Jangan-jangan ..."

"Mama belum pernah cerita, ya," sambung Melia lagi. "Dulu itu Oma kamu pernah cerita sama mama kalau Opa Hans itu sebenarnya cinta pertama Oma saat mereka masih SMA. Tapi cerita tentang itu duluuu sekali. Mama juga masih seumuran kamu. Sayangnya mereka tidak bisa lanjut, karena Opa Hans kuliah dan kerja cukup lama di Jakarta. Saat kembali ke Makassar mereka sudah punya keluarga masing-masing."

"Bisa jadi ya, Ma. Tapi apa iya, Oma masih punya rasa sama Opa Hans? Mereka sudah tua begitu."

"Huss...! Namanya juga cinta, isi hati orang. Siapa yang tahu? Isi hati kamu, anak mama sendiri saja mama tidak tahu. Apa sudah ada anak orang yang diincar-incar? Atau bagaimana."

"Hmm... mama mulai!," sungut Elon. Melia pun terkekeh karena berhasil menggoda anak semata wayangnya itu.

Setelah membiarkan mamanya tertawa puas, Elon pamit duluan ke kamar soalnya dia masih harus menuntaskan pekerjaanya.

Sudah berhari-hari penghuni rumah itu tidak bisa tidur pulas seperti biasanya. Malah malam kemarin kekhawatiran "nasi kuning terakhir" muncul di benak para anak dan cucu. Jadi, semoga malam ini alam semesta menebarkan kedamaian dan kehangatan ke atas rumah Oma Sara.

---

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun