Elon membenarkan sambil ikut tersenyum.
"Siap! Saya sudah hafal selera Oma kamu," sambung Opa Hans lagi. Lalu tangannya bergerak melapisi kertas nasi dengan potongan daun pisang. "Oma sehat-sehat, Nak? Sudah lama kami tidak bertemu."
Ekspresi Elon berubah. "Oma lagi sakit ... "
Kesibukan Opa Hans terhenti tiba-tiba. "Oh ya? Sakit apa? Sudah lama sakitnya?"
"Mm.. sudah seminggu ini,"
Melihat ekspresi Elon itu, Opa Hans memberi isyarat kepada pegawainya untuk mengambil alih menangani pembeli. Setelah itu dia mengajak Elon masuk ke dalam ruko agar bisa bercerita lebih jelas. Di salah satu meja, mereka duduk bercakap-cakap. Elon bercerita kondisi Omanya mulai dari awal sakit sampai malam tadi Oma tiba-tiba memesan nasi kuning. Padahal selama ini makanan yang halus seperti bubur saja susah sekali dihabiskan. Makanya mereka semua jadi bingung dan sedih.
Dari air mukanya Opa Hans juga terlihat sedih dan prihatin mendengar berita itu.
"Elon, nanti siang saya ke rumah untuk menjenguk Oma ya. Sekarang saya buatkan dulu pesanannya. Mudah-mudahan Oma bisa lekas sehat lagi. Kamu jangan pikir aneh-aneh dulu ya, harus tetap berpikir yang terbaik!" Opa Hans mencoba memberi semangat pada Elon.
Tidak lama kemudian, mereka kembali beranjak ke depan ruko dan Opa Hans kembali meracik nasi kuningnya.
Dia menyendok nasi kuning yang masih mengepul dari wadah besar ke atas kertas nasi yang sudah dialasi daun pisang tadi. Setelah itu Opa Hans mulai menyendok satu per satu lauk teman nasi kuning. Yang pertama telur rebus dan daging toppa lada. Toppa lada ini seperti rendang, hanya saja waktu masaknya lebih singkat dan rasa cabainya lebih terasa. Lalu sedikit mi goreng dan irisan tipis-tipis kentang kering yang diberi bumbu bawang merah.
"Biasanya Oma pakai paru, Elon."