Hujan di bawah purnama masih terus mengguyur kota dengan deras. Suhu udara dingin menggigit. Di bawah atap halte bus, Vi merapatkan sweater-nya mencoba menghalau udara dingin itu jauh-jauh. Kembali diliriknya angka waktu di layar gawai. Sudah pukul 8.10 sekarang.
Belum terlalu larut, tapi jalanan di depan halte sudah lengang. Mungkin karena tidak ada yang mau berlama-lama di bawah guyuran hujan ini. Gadis tomboy itu mendengus kesal.
Raul sudah terlambat 10 menit dari waktu janjian mereka di tempat itu. Tanpa kabar dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Vi memutuskan untuk menunggu 10 menit lagi. Bus kota terakhir menuju ke arah rumahnya akan melintas di sekitar waktu itu. Jika Raul belum muncul, dia memilih pulang dan menghempaskan diri di atas kasur sampai pagi.
Iseng-iseng dia mengulurkan tangannya ke bawah hujan yang jatuh dari atap halte. Tiba-tiba senyumnya tersungging. Ingatannya berlari jauh. Pertemuan pertamanya dengan Raul juga terjadi saat hujan menggila seperti ini.
Saat itu mereka berdua baru selesai melakukan transaksi di salah satu bank. Hujan deras membuat mereka "terperangkap" di areal ATM di teras bank tersebut. Sapa awal dari Raul terjadi karena melihat kartu ATM yang tergeletak di lantai. Raul memungut kartu ATM dan menyerahkannya ke Vi karena berpikir itu kartu miliknya. Tapi rupanya bukan. Nasabah lain yang baru masuk ke ATM center yang menjatuhkannya. Tapi kisah sederhana itu sukses mengawali persahabatan mereka.
Sinetron Korea dan liga Inggris. Dua hal inilah yang mempererat persahabatan mereka. Wah, mereka bisa ngobrol berjam-jam tanpa bisa distop kalau topiknya dua hal itu. Satu lagi, dua-duanya penggemar alpukat. Jadi kalau lagi hangout, menu minuman mereka pasti tidak jauh-jauh dari kehadiran alpukat entah itu dijus, dijadikan es buah atau di-mix dengan kopi.
Lima menit berlalu. Vi mencoba menghubungi kembali nomor Raul, tapi masih tetap di luar jangkauan. Tidak biasanya Raul melewatkan waktu janjian. Selalu ada kabar sebelumnya jika dia akan terlambat.
Halte di jalan Mawar ini sudah jadi saksi bisu pertemuan demi pertemuan mereka. Kantor Vi dan Raul berjauhan letaknya. Yang satu di ujung utara kota yang satu lagi di ujung selatan. Jadi jika ingin ketemuan mereka memang suka membuat janji di halte yang posisinya di tengah kota ini. Masing-masing naik bus sesuai jurusan dari kantor masing-masing dan ketemunya di halte ini.
Setelah itu tergantung kesepakatan. Ketemuan untuk sekadar jalan-jalan, nonton film terbaru atau ngobrol ngalor ngidul di kedai kopi.
Delapan menit berlalu.