"Kalu gitu prank order makanan fiktif, yang sudah bikin kamu rugi hampir setengah juta? Masih ingat?"
"Iyalah, masa lupa."
"Itu baru dua contoh. Coba ingat-ingat lagi deh, pasti masih banyak prank-prank lain."
"Iya sih, Bro."
"Iya, kan. Jadi ... tidak perlu dimasukkan ke hati prank BBM itu. Mana ada politisi yang bisa dipegang janji-janjinya."
"Eh, ternyata kamu pinter juga ya, Bro," puji Anto. "Perasaan kamu juga gak selesai dulu kuliahnya."
"Sst... tahu nggak? Aku ini intelijen yang lagi nyamar jadi tukang ojek," Dodi menurunkan volume suaranya.
Anto terbelalak. "Serius!?"
Dodi pun tertawa terbahak-bahak. "Kamu tuh memang gampang kena prank ya," ucapnya di sela-sela tawa.
"Assemm! Aku pikir beneran. Udah ah. Ini ada orderan masuk. Mending cabut daripada ngomong gak jelas di sini," ucap Anto sembari membalas notifikasi di layar gawainya.
Dodi menepuk-nepuk bahu kawannya.