Dan ketiga, konsistensi. Pemimpin yang tidak konsisten biasanya juga sulit mendapat kepercayaan dari bawahannya.Â
Konsistensi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas. Bisa konsisten dalam menerapkan standar dan menilai kualitas kinerja tim, konsisten dalam menegakkan aturan atau kebijakan organisasi, konsisten dalam etos kerja dan seterusnya. Oleh karena itu, disiplin dan ketekunan adalah sifat-sifat yang mutlak dimiliki seorang pemimpin.
Bagaimana sampai di sini?Â
Menjadi seorang pemimpin yang menghubungkan kelihatannya tidak terlalu sulit, bukan? Tapi di sisi lain juga tetap menantang untuk dijalani. Mungkin ada dari antara pembaca yang berkata, "ah, ini kan ilmu untuk CEO, manajer, supervisor atau pemimpin formal lainnya. Bukan untuk aku."
Bisa jadi. Tapi jangan lupa, kepemimpinan sejatinya adalah sifat, bukan profesi atau posisi. Jadi setiap dari kita adalah pemimpin, paling tidak pemimpin untuk diri sendiri. Setelah itu lihatlah lingkaran-lingkaran pengaruh di di sekitar kita.Â
Bisa jadi kita adalah pemimpin dalam keluarga, pemimpin di lingkungan tetangga, di komunitas, di sanggar, di antara teman sepermainan, di grup arisan dan sebagainya. Jadi ilmu tentang kepemimpinan itu tetap relevan untuk siapa saja.
Salam akhir pekan (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H