Gerakan tangan yang tidak pada tempatnya bisa jadi juga menimbulkan kesan negatif di mata audiens. Menyilangkan tangan, misalnya, secara body language bisa diartikan sebagai resistensi atau pembicara cenderung menutup diri dari audiens. Kemudian berkacak pinggang menimbulkan kesan superior atau menggurui.
3. Berbicara terlalu Cepat atau Terlalu LambatÂ
Ada beberapa pendekatan yang berbeda saat membawakan materi dan bercakap-cakap biasa dengan orang lain. Salah satunya adalah mengatur kecepatan berbicara agar semua orang bisa mengikuti pembahasan kita dengan baik.Â
Berbicara terlalu cepat membuat mereka kesulitan mengikutinya, tapi berbicara terlalu lambat juga dapat membuat audiens jenuh atau mengantuk. Tentu sesekali memainkan dinamika kecepatan berbicara diperbolehkan.Â
Misalnya untuk memberi penekanan atau penegasan pada point tertentu dari penjelasan, kita dapat menurunkan kecepatan berbicara. Tapi di luar itu, harus hati-hati menjaga kecepatan berbicara kita.
4. Menghindari Eye Contact Â
Dahulu ada nasihat seperti ini, jika pembicara gugup, tidak perlu melihat langsung ke mata audiens. Cukup menjatuhkan titik pandang sekitar 5 cm atau 10 cm di atas mata audiens.
Tapi seiring waktu, saya menyadari nasihat ini bisa membuat presentasi jadi kurang efektif, apalagi jika audiens tidak terlalu banyak atau jarak antara pembicara dan audiens cukup rapat sehingga mereka bisa menangkap dengan jelas arah pandang dan bahasa tubuh pembicara.Â
Justru sebaiknya, kita harus berani menatap langsung ke mata para audiens secara merata. Ini membuat audiens benar-benar merasa tersapa sehingga akan berusaha menangkap pesan yang kita sampaikan.
Jika menghindari eye contact atau pandangan kita lebih sering tertuju ke objek yang lain, audiens akan merasa diabaikan sehingga lama kelamaan mereka tidak akan menyimak penjelasan kita dengan serius.
5. Tertawa Tidak pada Tempatnya
Senyum atau tawa memang dapat membantu kita mengurangi ketegangan saat tampil di depan umum. Tapi hati-hati jika kita tertawa bukan pada tempatnya, seperti saat menyampaikan topik yang serius, atau bahkan keseringan tertawa. Hal ini juga dapat mengganggu fokus audiens atau audiens menganggap kita kurang serius saat menyampaikan materi.
6. Kebanyakan Filler Words
Filler words adalah kata-kata yang digunakan untuk mengisi jeda antara frase saat penjelasan berlangsung. Seperti misalnya "ya", "eng...", "ng...", "Mm...", "Ng..." atau bisa juga kata sambung yang digunakan terus-menerus sepanjang penjelasan, seperti "terus ..." atau "lalu ..." dan seterusnya.