Tuk... tuk... tuk!
Desember datang lagi mengetuk pintu. Rumah kakek yang semula sunyi, tetap sunyi setelah ketukan itu.
Tuk... tuk... tuk!
Tidak lama kemudian, Kakek tergopoh-gopoh berjalan menuju ruang tamu yang semakin dingin sejak hujan pertama jatuh membasahi kota berhari-hari lamanya.
Tuk... tuk... tuk!
Kakek menyingkap tirai jendela. Senyum Desember yang khas muncul di sana. Kakek berusaha membalas senyuman itu, tapi sapaannya tetap ketus seperti tahun lalu.
"Mau apa kamu?" tanyanya, tanpa mempersilakan Desember masuk terlebih dahulu.
"Aku datang untuk mengajak kakek bepergian ke luar kota. Sudah lama Kakek tidak menengok cucu-cucu secara langsung, bukan?"
Kakek merenung sejenak. "Masih harus colok hidung?"
"Tentu saja, Kakek. Kita masih di masa pandemi," sahut Desember tanpa memudarkan senyumannya.
Kakek mendengus kesal, lalu menutup kembali tirai jendela dan berjalan menjauhi pintu. "Datang lain kali kalau begitu!" serunya, tidak peduli telinga Desember bisa menangkap seruan itu atau tidak.
Setelah itu suasana rumah sepi kembali. Sunyi menjalar pada dinding-dinding berlapis wallpaper klasik. Kakek pun menuju ke ruang tengah dan memutar lagu White Christmas yang sendu dari pemutar kaset pita antik miliknya.
Setelah lagu itu terdengar bermenit-menit lamanya, rumah Kakek tetap sunyi seperti semula.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI