"Habis? Kamu bilang tadi pagi masih ada sedikit."
"Iya, Bang. Tapi uangnya aku pakai beli obat. Tadi gak tahu kenapa aku tiba-tiba demam. Siang tadi habis makan obat sebenarnya agak mendingan, tapi ..."
Tarno terkejut. Refleks dia meraba kening istrinya.
"Iya, ya. Obat demamnya masih ada?"
Marni mengangguk.
"Sudah makan?"
Marni menggeleng.Â
Tarno menepuk jidatnya. "Ya udah, kita makan dulu. Tadi si Sarmin bayar utang yang dia pinjam bulan lalu. Aku pakai duit itu dulu untuk beli lauk di warung Bu Sum."
Tarno pun tergopoh-gopoh keluar rumah, untuk mencari lauk teman makan nasi malam ini. Rumah Bu Sum dekat saja, jalan kaki tiga menit sudah sampai. Kalau berjalan setengah lari seperti yang dilakukan Tarno barusan, paling semenit sudah sampai.
Untunglah bulan purnama masih utuh di langit malam. Semesta baru saja bekerja, menukar purnama di atas wajan dengan kekhawatiran di kepala Marni.
---