Mereka bersedia membawa diri ke tempat vaksinasi saja sudah menjadi hal yang menggembirakan. Jangan sampai niat mereka kendor hanya karena masalah administrasi tersebut.
Bukan Fotokopi, tapi Foto KTPÂ
Bagaimana jika petugas kesulitan menyediakan perangkat fotokopi? Ada satu cara lagi. Foto! Ya, foto. Maksudnya petugas menggunakan gawai untuk menjepret KTP asli si peserta vaksin lalu nanti dikumpul dan dicetak sekalian.
Bukankah itu jauh lebih rumit? Betul. Pekerjaan petugas jadi bertambah banyak karena harus mengurus lagi proses pencetakan foto tersebut dan mencocokkannya dengan lembaran yang diisi peserta vaksin secara manual.
Nah, bisa juga petugas on the spot mengirimkan foto demi foto KTP dari gawainya kepada petugas back office yang akan menyortir dan mencetak foto demi foto KTP tersebut. Tapi kiat ini mengandaikan ada petugas tambahan di belakang layar dan ada jaringan internet yang memadai baik di lokasi vaksinasi maupun di lokasi petugas tambahan.
Yang mana pun pilihannya, kiat yang ketiga ini benar-benar membutuhkan dedikasi dan semangat pelayanan yang tinggi dari para petugas.
Bagaimanapun juga, ini adalah konsekuensi dari tugas pelayanan masyarakat. Apalagi kita tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Kita sedang berada dalam situasi "perang" jadi harus mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mengalahkan musuh bersama, Covid-19.
Goal besar kita adalah menyukseskan program vaksinasi nasional. Dan untuk itu kita harus membayar harga yang mahal baik dari segi materi, pikiran maupun tenaga.
Bukan bermaksud membanding-bandingkan, tapi kita bisa belajar dari bagaimana sepak terjang para staf garda depan sebuah perusahaan, apalagi yang berkecimpung dalam bisnis berbasis pelayanan masyarakat.
Koperasi kami contohnya. Dalam memberikan pelayanan kepada anggota, kami selalu siap dengan segala kemungkinan. Untuk urusan pengajuan kredit misalnya, seringkali anggota sudah diberitahu sebelumnya untuk melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan termasuk fotokopi KTP. Tapi selalu saja ada yang melewatkan informasi tersebut.
Tapi daripada menunda proses berkas kreditnya karena fotokopi KTP ketinggalan, staf harus siap membantu fotokopi KTP anggota, dengan catatan anggota membawa KTP aslinya. Menunda berkas kredit diproses berarti menunda pelayanan dan juga menunda datangnya omset koperasi.
Bahkan kadang staf-staf di lapangan bisa memberikan pelayanan untuk menjemput dokumen anggota di rumah. Jadi bukan saja KTP yang harus difoto, beberapa dokumen lain pun ikut difoto untuk kemudian dicetak dan dibundel sesampainya di kantor. Memang pekerjaan staf akan bertambah, tapi ya, jika perlu hal tersebut harus dilakukan demi pelayanan prima kepada anggota koperasi.