"Iya, Bang Bejo. Saya juga mau beli terong sama wortel, mm, sama sawi juga."
Saat mereka sedang asyik bercakap-cakap, Cupid mengarahkan panahnya dengan cermat dari atas. Setelah memantapkan bidikannya, ia pun melesatkan anak panahnya.
Clap!
Anak panah tidak kasat mata itu berhasil menembus dada Bejo dan terus menghujam jantung Tiwi. Melihat anak panah tidak meleset dari targetnya, Cupid tersenyum senang.
Entah mengapa Bejo tiba-tiba merada hatinya berdesir hebat. Siang ini Tiwi terlihat beda dari biasanya, lebih manis.
Tiwi pun tiba-tiba merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Dia tidak berani membalas lama-lama tatapan mata Bejo, jadi pura-pura menyibukkan diri dengan memilih-milih sayur.
Kok, Bang Bejo cara pandangnya beda dari biasanya ya? Kan jadi malu dipandangi seperti itu, batin Tiwi.
"Ehm, Dek Tiwi," ucap Bejo dengan nada mesra.
"Iya, Bang Bejo," sahut Tiwi. Dia melirik sesaat lalu kembali asyik dengan terong dan wortel. Tapi jantung semakin deg-deg plas.
"Ehm, nanti sore kamu ada acara gak?"
"Gak, Bang. Memangnya kenapa?"