Wanita dari masa lalu merindukan suara kring... kring! dari perangkat ajaib itu. Sekarang suara itu memang menjelma menjadi suara musik favoritnya, pop dan jazz, juga vokal penyanyi-penyanyi kontemporer, Jessie J, Michael Buble, Andmesh. Tapi baginya suara kring... kring! itu tidak akan pernah tergantikan.
"Kring... kring...!"
Dia terkejut.
Sudah bertahun-tahun dia tidak mendengar suara itu tapi di malam buta ini suara itu jelas-jelas menghentak gendang pendengarannya.
Benarkah suara itu? Jangan-jangan ulah petugas museum?
Rupanya benar. Telepon tua di salah satu sudut museum itu yang berbunyi nyaring. Dia pun mengangkat telepon dan menyapa ragu-ragu,
"Halo?"
"Ya, Halo. Bisa berbicara dengan Ellen Louis?"
Ah, itu suara laki-laki dari masa lalu. Hangat dan dalam suaranya masih selalu sama. Jantungnya berdetak kencang. Apa yang harus dikatakannya?
"Se... sepertinya salah sambung, Tuan," Dia benar-benar tidak siap dengan perjumpaan ini.
"Oh, maaf kalau begitu, Nona."
Percakapan terhenti.
Sambungan terputus.
Wanita dari masa lalu mengumpat dirinya sendiri. Seorang pecundang sekalipun mungkin masih lebih berani berterus terang di belakang gagang telepon. Saat ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain menunggu keajaiban.
Tapi setelah bermenit-menit menunggu, berjam-jam, telepon tua itu tetap sediam batu nisan. Begitu pula setelah berhari-hari dan berbulan-bulan kemudian. Tapi wanita dari masa lalu tetap berharap  masih akan mendengar suara itu bahkan jika harus menunggu lagi bertahun-tahun lamanya.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H