Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pemilik Hotel Masih Harus Mengencangkan Ikat Pinggang

16 Desember 2020   16:12 Diperbarui: 16 Desember 2020   20:55 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari freepik.com

Saat ini perekonomian menggeliat kembali setelah berbulan-bulan lesu. Tapi sesungguhnya keadaan belum kembali 100%.

Minggu lalu saya menjadi panitia lokal salah satu kegiatan pelatihan lintas negara di jaringan Credit Union kami. Platform pelatihannya menggunakan aplikasi Zoom. Tapi untuk memudahkan pengorganisasian peserta dari Credit Union kami, mereka berkumpul dan mengikuti sesi demi sesi dari dalam kelas. Jadi model pelatihannya bisa dikatakan setengah daring, setengah luring.

Kami menyewa kelas pada salah satu hotel bintang tiga yang berlokasi di dekat kantor. Sebut saja namanya hotel X.

Seperti kebanyakan hotel lainnya, hotel ini juga pernah tutup berbulan-bulan lamanya pada saat PSBB sedang ketat-ketatnya. Kalau tidak salah penutupan hotel terhitung sejak bulan Maret dan buka kembali pengujung Agustus yang lalu. Jadi sekitar 5 bulan vakum.

Tapi sejak buka kembali, seingat saya hotel ini tidak pernah sepi dari tamu dan event. Parkirannya selalu ramai. Dua bulan lalu, saya malah pernah menjadi salah satu peserta event yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Kota di hotel ini.

Jika melihat pelayanan yang diberikan, hotel X ini memang cukup taat pada protokol kesehatan. Kita dapat dengan mudah menemukan hand sanitizer dipajang pada spot-spot strategis: di pintu utama, pintu lift, restoran, di luar toilet dan setiap ruang kelas maupun ballroom.

Lokasi-lokasi tempat duduk atau tempat bersantai yang potensial membuat kerumuman orang, seperti di lounge dan di restoran diatur sedemikian rupa agar terjadi pembatasan jarak. Pada saat breakfast ada petugas yang siap di belakang menu buffet untuk menyendokkan makanan ke piring tamu. Jadi tamu tidak menyendok sendiri.

Saat ada event, tempat duduk baik model class maupun theater di-setup sedemikian rupa sehingga jumlah kapasitas ruangan hanya terisi setengahnya atau lebih sedikit.

Orang yang akan menyelenggarakan event menggunakan hotel pasti akan memberi prioritas pada hotel yang memiliki protokol kesehatan yang baik seperti ini.

Jadi perkiraan saya hotel X ini sudah nyaris recovery sepenuhnya. Sayangnya perkiraan tersebut meleset.

Ketika sedang berbicang-bincang dengan salah satu karyawan hotel, seorang supervisor F & B, saya iseng-iseng menelisik bagaimana kondisi karyawan hotel saat itu. Rupanya jumlah karyawan yang saat ini aktif kembali baru sekitar 50% saja. Yang 50%-nya masih dirumahkan sampai dengan jangka waktu yang belum ditentukan.

Perbincangan pun berlanjut. Dengan teknik wawancara open question, saya berhasil membuat si karyawan hotel terus bercerita tentang hal-hal yang mungkin agak luput dari perhatian orang awam seperti saya. Sesekali malah ditimpali dengan curhatan.

Saya merasa fenomena yang terjadi dengan hotel X ini terjadi pula pada banyak hotel lainnya. Seperti kita ketahui bersama, bisnis perhotelan merupakan sektor bisnis yang cukup terdampak pandemi dan sepertinya memang butuh waktu lama untuk recovery sepenuhnya.

Mengencangkan Ikat Pinggang 

Para pemilik bisnis hotel belum bisa sepenuhnya mengharapkan tingkat profit seperti sebelum negara api eh, Covid-19 menyerang. Contoh kasusnya, hotel X di atas. Saat ini pendapatan belum benar-benar stabil, bahkan kadang-kadang harus memberi sedikit diskon untuk menggaet calon pelanggan. Tapi di sisi lain, biaya operasional meningkat karena biaya pengadaan sarana dan prasarana protokol cukup besar. Pengadaan cairan hand sanitizer, penyemprotan kamar, koridor dan sudut-sudut hotel, peralatan makan diberi plastik dan seterusnya.

Untunglah owner hotel X ini cukup bijak. Menurut petugas F & B tadi, sang owner memiliki prinsip tidak perlu mengejar profit saat situasi belum memungkinkan. Ada profit sedikit ya disyukuri, tidak ada profit pun tidak apa yang penting omset bisa menutupi biaya operasional rutin, seperti gaji karyawan, tagihan-tagihan dan biaya rutin lainnya.

Ruangan kelas yang mestinya berkapasitas 15 orang di-setup agar hanya menampung 8 orang saja. Gambar: dokpri
Ruangan kelas yang mestinya berkapasitas 15 orang di-setup agar hanya menampung 8 orang saja. Gambar: dokpri

Efisiensi 

Saat pendapatan berkurang, efisiensi merupakan kiat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar bisnis tetap berputar. Untuk bisnis hotel saat ini sedikit dilematis, karena pada satu sisi pendapatan tidak maksimal, tapi di sisi lain, biaya cenderung meningkat.

Sementara itu biaya-biaya yang terkait dengan pelayanan, kenyamanan dan keamanan tamu tidak mungkin ikut ditekan. Jadi seperti cara yang ditempuh oleh manajemen hotel X, sejumlah karyawan pun harus dirumahkan untuk mengurangi biaya operasional terkait salary. Kompensasinya karyawan yang dipekerjakan kembali, kadang harus bekerja ekstra. Tapi hal itu tetap mereka syukuri.

Malah owner bisnis hotel yang tidak kuat modal (dan hotelnya juga sepi) mungkin harus menutup total seluruh operasional hotelnya sampai jangka waktu yang belum ditentukan, seperti beberapa contoh kasus yang saya ketahui.

Tidak mudah memang mengelola bisnis terutama yang terdampak langsung oleh pandemi. Saya membayangkan para pemilik bisnis hotel bulan-bulan terakhir ini harus berpikir keras bersama manajemen untuk membuat kalkulasi yang tepat agar bisnis tetap berjalan. Malah mungkin harus berunding alot dengan hati nurani.

Semoga badai pandemi cepat berlalu. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun