Perbincangan pun berlanjut. Dengan teknik wawancara open question, saya berhasil membuat si karyawan hotel terus bercerita tentang hal-hal yang mungkin agak luput dari perhatian orang awam seperti saya. Sesekali malah ditimpali dengan curhatan.
Saya merasa fenomena yang terjadi dengan hotel X ini terjadi pula pada banyak hotel lainnya. Seperti kita ketahui bersama, bisnis perhotelan merupakan sektor bisnis yang cukup terdampak pandemi dan sepertinya memang butuh waktu lama untuk recovery sepenuhnya.
Mengencangkan Ikat PinggangÂ
Para pemilik bisnis hotel belum bisa sepenuhnya mengharapkan tingkat profit seperti sebelum negara api eh, Covid-19 menyerang. Contoh kasusnya, hotel X di atas. Saat ini pendapatan belum benar-benar stabil, bahkan kadang-kadang harus memberi sedikit diskon untuk menggaet calon pelanggan. Tapi di sisi lain, biaya operasional meningkat karena biaya pengadaan sarana dan prasarana protokol cukup besar. Pengadaan cairan hand sanitizer, penyemprotan kamar, koridor dan sudut-sudut hotel, peralatan makan diberi plastik dan seterusnya.
Untunglah owner hotel X ini cukup bijak. Menurut petugas F & B tadi, sang owner memiliki prinsip tidak perlu mengejar profit saat situasi belum memungkinkan. Ada profit sedikit ya disyukuri, tidak ada profit pun tidak apa yang penting omset bisa menutupi biaya operasional rutin, seperti gaji karyawan, tagihan-tagihan dan biaya rutin lainnya.
EfisiensiÂ
Saat pendapatan berkurang, efisiensi merupakan kiat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar bisnis tetap berputar. Untuk bisnis hotel saat ini sedikit dilematis, karena pada satu sisi pendapatan tidak maksimal, tapi di sisi lain, biaya cenderung meningkat.
Sementara itu biaya-biaya yang terkait dengan pelayanan, kenyamanan dan keamanan tamu tidak mungkin ikut ditekan. Jadi seperti cara yang ditempuh oleh manajemen hotel X, sejumlah karyawan pun harus dirumahkan untuk mengurangi biaya operasional terkait salary. Kompensasinya karyawan yang dipekerjakan kembali, kadang harus bekerja ekstra. Tapi hal itu tetap mereka syukuri.
Malah owner bisnis hotel yang tidak kuat modal (dan hotelnya juga sepi) mungkin harus menutup total seluruh operasional hotelnya sampai jangka waktu yang belum ditentukan, seperti beberapa contoh kasus yang saya ketahui.
Tidak mudah memang mengelola bisnis terutama yang terdampak langsung oleh pandemi. Saya membayangkan para pemilik bisnis hotel bulan-bulan terakhir ini harus berpikir keras bersama manajemen untuk membuat kalkulasi yang tepat agar bisnis tetap berjalan. Malah mungkin harus berunding alot dengan hati nurani.
Semoga badai pandemi cepat berlalu. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H