Jadi jika penghasilan kita sebulan misalnya Rp 5.000.000, lalu setiap bulan kita harus membayar angsuran motor Rp 700.000 dan tagihan kartu kredit Rp 300.000 maka rasio utang kita adalah (Rp 700.000 + Rp 300.000) dibagi dengan Rp 5.000.000 dikali 100% atau sama dengan 20%.
Rasio utang idealnya maksimal 40% dari penghasilan, karena kita harus tetap mengalokasikan penghasilan untuk biaya hidup lainnya. Jika rasio utang sudah berada di atas 40% dikhawatirkan kita akan mengalami kesulitan mengatur arus kas setiap bulan, apalagi jika tiba-tiba ada kebutuhan mendadak yang berbiaya besar.
Dengan mengetahui rasio utang ini, kita dapat menghitung kemampuan bayar jika harus menambah utang atau membuat utang baru. Jangan sampai karena tidak terukur atau terencana dengan baik, utang malah menambah kesulitan keuangan di masa yang akan datang.
Hindari menambah utang baru jika rasio utang kita sudah tinggi. Jika menggunakan kartu kredit, jangan tergoda untuk menambah atau menaikkan limit kartu kredit jika tidak dibutuhkan.
Jangan Lapar Mata
Entah darimana istilah "lapar mata" ini bermula. Lapar mata bisa didefinisikan sebagai kebiasaan membeli barang-barang hanya karena menarik dilihat tapi belum tentu dibutuhkan. Kalau cinta sudah jelas, datangnya dari mata lalu turun ke hati. Tapi kalau lapar mata datangnya dari mata, turunnya ke dompet.
Salah satu kiat mengantisipasi lapar mata adalah konsisten dengan want vs need seperti penjelasan cara paling pertama di atas.
Kiat lainnya adalah membuat perencanaan arus kas bulanan. Rencanakan dengan teliti apa saja pengeluaran yang akan terjadi, termasuk barang-barang apa saja yang akan dibeli pada bulan berjalan.Â
Perencanaan ini kita breakdown lebih detil lagi sebelum masuk ke toko atau tempat belanja dan konsisten dengan daftar rencana belanja tersebut. Jadi saat masuk ke tempat perbelanjaan, kita bisa terhindar dari godaan berbelanja secara impulsif yang ujung-ujungnya bisa menambah saldo kredit kita.
Konsultasi Sebelum BerutangÂ
Kiat ini penting dilakukan, terutama jika kita akan mengambil pinjaman dengan nominal yang cukup besar. Pastikan kita telah mempertimbangkan dengan baik karakteristik pinjaman tersebut seperti jangka waktu, suku bunga, cara pembayaran, bahkan sudah harus dipikirkan plan BÂ jika suatu saat terjadi kondisi yang mengganggu keberlanjutan pendapatan kita.
Lakukanlah diskusi dengan istri/suami atau bisa juga dengan orang-orang yang dianggap bijak dalam pengelolaan keuangan. Dengan cara ini kita memiliki perencanaan yang lebih komprehensif sebelum benar-benar memutuskan untuk berutang.