Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Setiap Orang Bisa lho Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Tanah Air

30 Juni 2020   17:12 Diperbarui: 30 Juni 2020   17:15 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari money.kompas.com 

Dalam makroprudensial, kebijakan "mengerem" saat ekonomi sedang naik, dan "mendorong" saat ekonomi sedang turun ini disebut sebagai kebijakan countercyclical. Demikian salah satu contoh bagaimana kebijakan makroprudensial bekerja.

Gambar dari tangkap layar Webinar kerja sama Kompasiana dan Bank Indonesia/dokpri
Gambar dari tangkap layar Webinar kerja sama Kompasiana dan Bank Indonesia/dokpri

Peran Individu dalam Menjaga Stabilitas Keuangan

Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, entitas yang saling terkait dan memberi pengaruh satu sama lain dalam sistem keuangan adalah lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, perusahaan non keuangan dan rumah tangga.

Jadi, jangan pikir hanya perbankan atau pelaku usaha saja yang memiliki peran menjaga stabilitas sistem keuangan. Rumah tangga dan setiap individu dalam masyarakat juga memiliki peran dan dapat berkontribusi menjaga stabilitas sistem keuangan.

Tidak perlu memikirkan hal-hal yang rumit. Di tengah ketidakpastian seperti sekarang ini, tetap tenang dan tidak melakukan rush (penarikan uang besar-besaran) dari bank dan menyimpannya di rumah juga adalah salah satu sikap menjaga stabilitas keuangan.

Masih ingat, bukan? Beberapa bulan lalu saat virus Corona diberitakan mulai merebak di tengah masyarakat, masker menjadi salah satu produk yang paling dicari. Apa yang terjadi kemudian? Sebagian orang mencari keuntungan besar dengan melakukan penimbunan masker. Akibatnya masker menjadi langka dan harganya langsung meroket. Masker yang harga normalnya di kisaran 40 ribu sampai 50 ribuan rupiah per box, saat itu dijual bisa sampai 400 ribu rupiah per box.

Untunglah masker adalah produk yang bisa diproduksi sendiri. Banyak orang yang kemudian berinisiatif membuat masker kain untuk digunakan sendiri atau diperdagangkan dengan harga jauh lebih murah. Walau kualitas berbeda dengan masker standar, toh bisa tetap digunakan. Pemerintah juga segera memberi stimulus kepada sejumlah perusahaan konveksi untuk membuat masker secara masif. Masalah kelangkaan masker di masyarakat akhirnya teratasi dan harga perlahan-lahan normal kembali. Para spekulan yang sudah telanjur menimbun masker pun hanya bisa gigit jari.

Nah, menimbun masker untuk tujuan memperkaya diri sendiri adalah salah satu contoh sikap tidak terpuji yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Tidak ikut menyebarkan hoax yang berpotensi menciptakan kepanikan dalam masyarakat sehingga melakukan rush atau panic buying juga menjadi contoh bagaimana perilaku menjaga stabilitas sistem keuangan.

Perilaku Cerdas ala Saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun